Awey : Jangan Paksakan Trem , Belum Tentu Gubernur Setuju



Surabaya Newsweek- Proyek Angkutan Massal Cepat ( AMC ) Kota Surabaya, sebagian anggota DPRD Kota Surabaya merasa pesimis AMC bisa terealisasi, melihat anggaran dari APBN yang tidak kunjung cair dan anehnya, hingga saat ini belum ada kepastian dari pusat terkait, anggaran untuk proyek AMC. Komisi C DPRD Surabaya bakal menanyakan seputar realisasi pembangunan angkutan massal cepat (AMC) berupa trem ke Kementerian Perhubungan (Kemenhub) RI.

Wakil Ketua Komisi C Buchori Imron mengatakan, dalam konsultasi ke kemenhub, pihaknya ingin mengetahui kepastian pembangunan trem, sekaligus besaran anggaran yang ditanggung Pemerintah Kota Surabaya.

“Sebelumnya, pembiayaan ditanggung penuh APBN. Kemudian sekarang kabarnya pembiayaan fifty–fifty,” ungkap Buchori Imron.

Politisi PPP ini mengakui, kebijakan pembangunan AMC sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah kota. Namun menurutnya, kalangan dewan pun mempunyai kewenangan untuk melakukan kontrol.

“Sebenarnya saya pribadi keberatan. Tapi kita tidak boleh memaksakan kehendak jika memang masyarakat membutuhkannya,” ujarnya

Sesuai rencana, dana yang dibutuhkan untuk membangun trem sekitar Rp 2,4 triliun. Karena keterbatasan APBN, pembiayaan ditanggung bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah kota.

Dia khawatir, karena hingga kini masih ada ketidakpastian proporsi pembiayaan, bisa jadi nantinya akan ditanggung penuh oleh pemerintah kota.

“Kalau mundur terus, jangan sampai akhirnya beban ditanggung APBD kota seluruhnya. Separuh saja kita kelabakan,” paparnya

Buchori menegaskan, apabila separuh biaya ditanggung pemerintah kota, penganggarannya multiyears. Tentunya, terang dia, akan banyak proyek pembangunan yang dikepras.

Padahal, ketika reses, dirinya menilai masih banyak pembangunan sarana-prasarana yang dibutuhkan masyarakat.

Vinsensius Awey Anggota komisi C DPRD Surabaya  juga menegaskan, pembangunan yang dicanangkan oleh pemkot itu tidak ada anggarannya. Dalam pernjajian antara kementerian perhubungan RI, PT KAI dan Pemkot yang akan merealisasikan transportasi trem akan dianggarkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Namun kata Awey, informasi yang kami dapatkan dana APBN tidak ada anggarannya, ungkap Awey.

“Sedang bantuan dari Jerman tersebut dipakai untuk pembangunan transportasi massal regional (Sidoarjo-Surabaya-Gresik-Mojokerto), bukan untuk Trem,” terangnya.

Awey menjelaskan, proyek  trem tidak boleh dikerjakan setengah-setengah. Bahkan lanjut Awey, menteri Perhubungan sudah menyarakan agar, pekerjaan tersebut harus dilakukan secara keselurahan. Jadi  Walikota jangan memaksakan proyek tersebut. Kalaupun dikerjakan anggaran  yang ada belum tentu Gubernur Jatim menyetujui, ucap Awey.

“Sebaiknya Walikota bisa mendahului kepentingan transportasi regional karna anggaran itu sudah disiapkan, atau proyek lain yang sifatnya urgentsi dan jangan terpaku pada proyek Trem saja,”tandasnya.

Terpisah Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan kota (Bappeko) Kota Surabaya, Agus imam Sonhaji mengatakan, karena keterbatasan APBN. Maka kita tinggal mengurangi proyek tersebut, yang seharusnya proyek trem itu mencapai jarak tempuh 17 Kilo Meter, kita kurangi saja sesuai anggaran yang ada.   

“Tinggal mengurangi saja mas, tapi angkanya untuk jarak tempuhnya tentu tergantung kepada Kementrian Perhubungan,”tandasnya.

Sonhaji menambahkan, Tahap awal sudah disepakati Bu Wali dan Pak Menteri (Menhub). Kalau yang awal selesai dilanjutkan ke Utara hingga Perak, paparnya

Agus Imam Sonhaji memperkirakan, minggu ini pihaknya dan pemerintah pusat akan melakukan pertemuan membahas realiasi pembangunan di Surabaya.

“Minggu  ini kita rapat di sini,”tambahnya. ( Ham )
Lebih baru Lebih lama
Advertisement