Surabaya Newsweek- Kali ini Pemkot Surabaya memberi
perhatian khusus di bidang pertanian , walaupun Kota Surabaya sudah berlebel
kota besar,terbukti, panen raya padi diwilayah Kecamatan Sukolilo tepatnya di
Semolowaru Bahari, sudah ada 77,5 hektare lahan pertanian yang
tersebar di lima kelurahan se-Kecamatan Sukolilo.
Sebanyak,10 hektare di antaranya dinyatakan siap panen.
Menurut Ketua Kelompok Tani (poktan) Bahari Karya, Suhartoyo, komoditi utama saat
musim kemarau adalah padi dan blewah. Sedangkan saat musim penghujan, petani
beralih menanam sayur-sayuran serta mengubah sebagian lahan menjadi tambak
bandeng dan udang. “Dengan begitu, petani mendapat penghasilan yang
berkesinambungan,” katanya.
Berdasarkan perhitungan Suhartoyo, satu hektare sawah mampu
menghasilkan 10 ton padi. Padi tersebut lantas dijual kepada pengepul.
Sayangnya, Poktan Bahari Karya belum memiliki mesin pengolah padi menjadi
gabah. “Sejauh ini kami masih menyewa. Harapannya, kami bisa punya mesin
sendiri,” tutur pria yang menjabat Ketua Poktan sejak 1996 ini.
Sementara, Walikota Tri Rismaharini, masalah ketahanan pangan
memang tengah menjadi perhatian Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan dunia
seiring dampak global warming. Untuk
itu, dia menghimbau tiap daerah mampu memaksimalkan potensi yang ada agar bisa
memenuhi kebutuhan sendiri.
Risma -sapaan Tri Rismaharini- mendorong para petani Surabaya
lebih mengutamakan kualitas produk, sebab dia menyadari lahan pertanian di Kota
Pahlawan tidak terlalu luas. “Meski lahannya kecil, kita harus punya kualitas.
Yang terpenting para petani tidak hanya sekadar menghasilkan saja, tapi juga
harus bisa survive dengan
pendapatannya,” paparnya saat menghadiri panen raya.
Untuk meningkatkan income,
Risma mengajak petani menggunakan pupuk organik. Pasalnya, pupuk organik dapat
memberikan nilai tambah pada suatu produk. Hasil pertanian memiliki harga jual
yang lebih mahal. “Harga beras biasa dari petani ke pengepul umumnya Rp
4.100/kg. Tapi, kalau beras organik bisa sampai Rp 8.000/kg. Ini kan bagus bagi
kesejahteraan petani. Nanti, urusan pupuknya kita bantu dari dinas pertanian,”
ujar walikota
Kepala Dinas Pertanian (distan) Surabaya, Joestamadji tak
memungkiri bahwa sektor pertanian Surabaya skalanya tidak sebesar daerah-daerah
lain di Jatim. Kontribusinya hanya 0,07 persen terhadap produk domestik
regional bruto (PDRB). Namun demikian, bukan berarti pertanian di Surabaya
tidak berkualitas. “Justru di tengah minimnya lahan ini, kami berupaya fokus pada
kualitas produk,” tuturnya.
Dijelaskan Joestamadji, kualitas produk pertanian yang bagus
hanya bisa tercapai jika sumber daya manusianya baik. Untuk itu, distan secara
rutin memberikan pelatihan kepada poktan-poktan se-Surabaya. Materi pelatihan
disesuaikan dengan permasalahan dan bidang di tiap-tiap wilayah. Pada umumnya,
para petani diberikan ilmu mengenai budidaya dan pengolahan produk pertanian.
Tak ketinggalan pemahaman tentang manajemen pertanian agar
kelompok tani bisa mengelola jika ada kelebihan atau kekurangan komoditas yang
dihasilkan.( Ham )