Surabaya
Newsweek- Metode menanam dengan menggunakan media hidroponik
yang dilakukan oleh SMPN 3 Surabaya,memang sangat efektif untuk dikembangkan disekolah
wilayah perkotaan yang lahannya terbatas.Sekolah yang beralamat di JalanPraban No.3 Genteng, Surabaya ini tidak hanya mengajarkan
teori kepada para peserta didik, tetapi juga praktik membudidayakan hingga memasarkan
tanaman hidroponik.
Sistem
pertanian hidroponik ini terbukti lebih produktif ketimbang menanam di media
tanah.Denganhidroponik, masa panen sayuran, seperti sawi, bayam dan selada,
hanya membutuhkan waktu 45 hari tanam.Sedang penanaman secara konvensional baru
bias dipanen setelah 80 hari.
Kepala
Dinas Pendidikan Kota Surabaya Ikhsan mengatakan, konsep hidroponik ini bias dilakukan
dirumah masing-masing, selain dirasa lebih sehat juga bias untuk menghemat anggaran
biaya rumah tangga.
“Paling
tidak, bias ada penghematan dalam pengeluaran rumah tangga.Tidak perlu beli sayuran,
cukup dengan tanaman sendiri,” kata Ikhsan,saat membuka acara panen raya School
Farmingdi SMPN 3 Surabaya.
Sekitar 5000 jenis sayuran yang dipanen hari ini diantaranya adalah
sawi daging, sawi hijau, sawi jepang dan sayuran organic lainnya.
Lokasi panen raya punter bagi menjadi dua tempat yakni school
farming yang berlokasi di salah satu atap bangunan sekolah dan kebun sayur
yang berada di dekat kolam ikan lele.
Menurut
Ikhsan, sayuran hidroponik ini memiliki kelebihan dibandingkan sayuran yang
ditanam secara konvensional, yakni bias dikonsumsi langsung karena perawatannya
tidak menggunakan bahan kimia. “Insya Allah ini lebih sehat dan lebih alami, karena
tanpa pupuk, pestisida dan segala macam,” ujarnya.
Pihak
sekolah sengaja memanfaatkan lahan di salah satu atap bangunan sekolah dengan luas
sekitar8x12 meter untuk ditanami berbagai jenis sayuran,
Selain
bertujuan untuk menanamkan
Karakter
cinta lingkungan kepada para peserta didik, juga menumbuhkembangkan semangat interpreneur
yang kuat merupakan esensi utama dari program School Farming.
Selain
dijadikan bahan sayuran, sayuran organik yang
sudah dipetik juga dijadikan bahan olahan makanan maupun minumanlain,
seperti jus sawi, roti lapis, risoles, miedan keripik.
Kurikulum
yang dikembangkan di sekolah ini telah mempersiapkan parasiswanya agar dapat langsung
mempraktikkan teori dan pengalamannya dalam dunia usaha mandiri maupun pasar kerja
yang ada.
Kedepan,
Ikhsan berharap, panen kedua nanti seluruh kepala sekolah SMP se Surabaya akan melakukan
studi banding ke SMPN 3 Surabaya, untuk belajar bersama-sama bertanam dengan menggunakan
media hidroponik, karena metode ini dirasa efektif dikembangkan di sekolah perkotaan
yang lahannyaterbatas.