Surabaya NewsWeek- Sekitar tahun 2002, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang
masih menjabat sebagai Kepala Dinas Bina Program menceritakan pengalaman buruk
yang sempat dialaminya bersama keluarga.
Ancaman ataupun teror
didapat ketika dirinya hendak menerapkan program e-procurement.
Namun, berkat dukungan Profesor Richardus Eko Indrajit, program tersebut
berhasil diterapkan di lingkungan Pemerintah kota (Pemkot) Surabaya dan
nasional.
“Kalian tahu siapa
orang ini? Dia adalah orang yang membantu dan menyelamatkan nyawa Saya (Risma)
dan keluarga ketika menerima berbagai macam teror untuk menerapkan
program e-procurement,” ujar Wali Kota Surabaya Tri
Rismaharini kepada pengunjung di koridor lantai 3 gedung Siola, Kamis,
(6/9/2018).
Dijelaskan Wali Kota
Risma – sapaan akrabnya, awal pembuatan program e-procurement sempat
mengalami gejolak dan penolakan dari dalam tubuh pemerintahan Surabaya. Namun,
kata dia, berkat bantuan dan dukungan Prof Eko, program yang bertujuan untuk
memutus rantai korupsi bisa diterapkan.
“Saat presentasi di
Bandung dan Jakarta, dia selalu meyakinkan kepada seluruh peserta bahwa langkah
program ini sudah benar hingga akhirnya bisa diterima di level nasional,”
ungkapnya.
Menurut Wali kota
perempuan pertama di Surabaya ini, jika tidak menggunakan program e-procurement,
Pemkot Surabaya akan mengalami kesulitan untuk mempercepat pembangunan.
Mengingat dana yang diberikan sangat terbatas.
Meskipun dana yang di
dapat terbatas, Wali Kota Risma mengaku Surabaya bisa melakukan penghematan
sekitar 20-25 persen melalui kompetisi yang ketat. Hasil penghematan ini, kata
Risma, yang kemudian dimanfaatkan untuk membangun jalan dan saluran.
“Mungkin itu yang
membuat pembangunan di Surabaya lebih cepat dibandingkan daerah-daerah
lainnya,” urai wali kota sarat akan prestasi tersebut.
Profesor Richardus Eko
Indrajit mengatakan, dalam menciptakan suatu program pasti ada resiko gagal dan
berhasil. Namun baginya, program e-procurement sudah berhasil
diterapkan di Kota Pahlawan.
Kesuksesan itu dapat
dilihat ketika banyak kota dan negara datang ke Surabaya untuk belajar
teknologi, leadership, terobosan, ide, inisiatif dan terpenting melibatkan
warganya dalam membangun kota.
“Kota yang benar-benar
layak untuk ditinggali karena melibatkan warga dalam membangun kotanya,” ungkap
pria alumni Institut Sepuluh November (ITS) tersebut.
Ditanya soal perubahan
gedung siola dulu dan kini, Prof Eko mengaku speechless saat
melihat kondisi gedung siola yang dulunya sebagai pusat perbelanjaan kini
disulap menjadi mall pelayanan publik.
Menurutnya, mall
pelayanan publik siola sangat bagus dan sukses. Hal itu bisa dilihat dari cara
warga bergerak, saling menyapa dan tersenyum. “Kalau mau lihat baik buruknya
pelayanan masyarakat bisa dilihat berapa jumlah orang yang tersenyum. Kalau
perlu Surabaya buat program senyum orang,” imbuhnya sambil tertawa.
Selama di gedung
Siola, Wali Kota Risma mengajak Prof Eko dan rombongan melihat museum Surabaya,
ruang command center room (CCR) 112 dan koridor coworking space.
Sebelumnya, Wali Kota
Risma dan Prof Eko hadir dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga
Pendidikan PGRI yang dibuka Presiden Joko Widodo di Kampus Universitas PGRI Adi
Buana Surabaya, Kamis pagi (6/9/2018).( Ham
)