Peserta SNS saat menunjungi Dolly Saiki Point di eks lokalisasi Dolly |
Pemerintah Kota
Surabaya berusaha menjadi tuan rumah yang baik dalam event Startup Nations
Summit (SNS). Saat itu, tak hanya melulu soal pertemuan di berbagai forum,
namun lebih dari itu, Pemkot Surabaya juga mengajak para peserta SNS berkunjung
ke startup di eks lokalisasi Dolly dan diajak menikmati keindahan Kota
Surabaya.
Surabaya NewsWeek- Siang itu, ibu-ibu di eks
lokalisasi Dolly sedang sibuk dengan mesin jahitnya masing-masing. Mereka
nampak menjahit sandal hotel yang dipesan para pelanggannya. Di eks wisma
Barbara itu, ibu-ibu ini terus berkarya membuat sandal hotel dan sepatu dengan
berbagai macam model. Bekas wisma terbesar di eks lokalisasi Dolly itu, dibeli
Pemkot Surabaya kemudian disulap menjadi tempat startup untuk Koperasi Usaha
Bersama (KUB) Mampu Jaya yang memberdayakan warga sekitar, terutama kaum
perempuan.
Suasana di eks wisma Barbara itu menjadi ramai
ketika sejumlah peserta Startup Nations Summit (SNS) mengunjungi tempat
tersebut. Saat hendak memasuki gedung lantai 6 itu, para peserta SNS dijelaskan
bahwa gedung itu merupakan bekas wisma terbesar di eks lokalisasi Dolly yang
saat ini dialihfungsikan menjadi tempat produksi sandal dan sepatu. Sejumlah
peserta SNS yang ikut dalam technical visit itu juga melihat langsung proses
pembuatannya. Deretan koleksi sepatu dan sandal yang pernah dibuat oleh KUB
Mampu Jaya, tak luput dari pengawasan mereka.
Setelah puas melihat produksi sandal dan
sepatu, mereka diajak berkunjung ke Dolly Saiki Point di Putat Jaya Lebar B
Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Surabaya. Dolly Saiki Point ini
merupakan tempat dipamerkannya semua produk hasil karya warga eks lokalisasi
Dolly. Di tempat itu, para peserta ini terkagum-kagum melihat uniknya dan
banyaknya produk karya UKM warga eks lokalisasi Dolly. Mereka juga terlihat
memborong beberapa produk UKM di tempat tersebut.
Shanon Berlata, salah satu peserta SNS asal
Filipina mengakui konsep di Dolly ini sangat menarik karena Pemerintah Kota
Surabaya berhasil mengubah tempat yang kurang baik (prostitusi) menjadi tempat
yang produktif dan menuai banyak manfaat bagi warganya. Apalagi, kaum perempuan
di tempat itu sudah semakin produktif dengan membuat sepatu dan sandal serta
berbagai produk lainnya.
“Jadi, ini konsep yang sangat menarik
bagaimana pemerintah berhasil memberdayakan perempuan setelah ditutupnya
lokalisasi,” kata Shanon kepada surabayanewsweek di sela-sela mengunjungi
tempat produksi sepatu dan sandal di eks wisma Barbara, Minggu (18/11/2018).
Pada saat itu, ia juga mengapresiasi home
industri yang banyak bertumbuhan di kawasan eks lokalisasi Dolly. Terlebih kaum
perempuan sudah semakin produktif dan bisa terfasilitasi dengan bantuan dari
Pemkot Surabaya.
“Dari waktu yang terbatas kunjungan saya ke
eks lokalisasi ini, saya dapat mengambil kesimpulan bahwa kunci utama
keberhasilannya adalah kepemimpinan di Surabaya yang berhasil memberdayakan
warganya, terutama di eks lokalisasi ini,” imbuhnya.
Setelah dari eks lokalisasi Dolly, para
peserta ini juga berkunjung ke BLC Taman Prestasi, kemudian ke inkubator
startup Unair, lalu ke Command Center 112 dan juga Koridor di Gedung Siola.
Di waktu yang bersamaan, para peserta SNS
lainnya juga melakukan kunjungan ke beberapa tempat di Surabaya. Mereka dibagi
menjadi tiga paket kunjungan. Kunjungan ke eks lokalisasi Dolly ini merupakan
paket kunjungan kedua. Sedangkan paket pertama, mengunjungi Kampung Herbal
Sukolilo, kemudian ke BLC Grudo dan dilanjutkan ke inkubator startup ITS, lalu
ke Command Center 112 dan juga Koridor di Gedung Siola. Sedangkan paket ketiga,
mengunjungi BLC Taman Flora, lalu ke Komunitas Startup Gerdu, kemudian ke
Kampung Genteng Candirejo, setelah itu ke Command Center 112 dan juga Koridor
di Gedung Siola.
Menikmati Keindahan
Surabaya
Selain beberapa paket kunjungan itu, Pemkot
Surabaya juga sudah memanjakan para peserta SNS ini dengan city tour mulai
Rabu, 14 November 2018 atau sebelum pembukaan SNS. Pada hari itu, para peserta
diajak mengunjungi City Hall-Museum Surabaya-Co Working Space-CC Room 112.
Bahkan, keesokan harinya, Kamis, (15/11/2018), mereka juga diajak untuk
mengunjungi Masjid Ampel dan Pura Jagad Karana.
Saat melakukan kunjungan ke Kampung Ampel,
rombongan ini diajak mengunjungi Masjid Sunan Ampel yang memiliki nilai
arsitektur akulturasi Arab dan China. Bahkan, rombongan ini juga diajak
memasuki Makam Sunan Ampel yang di dalamnya banyak peziarah mengaji dan berdoa.
Mereka pun terkagum-kagum setelah melihat para peziarah di Makam Sunan Ampel.
“Mereka (peziarah) sangat ramah kepada kami,
saya menyukainya. Apalagi saya sudah menyiapkan jilbab dari hotel untuk dipakai
di sini,” kata salah satu delegasi asal Brazil Rafaela Nicolazzi seusai
mengunjungi Makam Sunan Ampel.
Puas mengitari wisata religi Ampel, rombongan
delegasi ini melanjutkan perjalanannya ke Pura Agung Jagad Karana yang terletak
di Jalan Ikan Lumba-Lumba, Perak, Surabaya. Mereka pun disambut oleh para
pendeta.
Bahkan, saat itu juga diminta untuk
menggunakan kain warna kuning yang kemudian diikatkan ke pinggang mereka
masing-masing. Memasuki kawasan pura, para delegasi ini dibuat takjub dengan
berbagai macam patung, prasasti dan pohon yang diikat dengan kain berwarna
putih hitam.
Keesokan harinya, Jumat (16/11/2018), mereka
juga diajak mengunjungi Monumen Tugu Pahlawan dan HOS Tjokroaminoto. Para
delegasi ini berkali-kali dibuat terpesona dengan arsitektur di Tugu Pahlawan
dan juga HOS Tjokroaminoto. Usai mengunjungi wisata bersejarah itu, mereka pun
langsung mengikuti pembukaan SNS yang digelar di Grand City.
Malam harinya, Pemkot Surabaya menggelar
welcome dinner di Taman Surya Balai Kota Surabaya. Pada saat itu, para peserta
SNS ini disambut layaknya manten. Sebelum memasuki halaman Balai Kota Surabaya,
para peserta disambut kesenian reog, kemudian setelah memasuki halaman Balai
Kota Surabaya, mereka disambut karpet merah yang sudah dipasang rapi, di pintu
gerbangnya juga ada janur kuning melengkung di dua sisinya, obor serta payung
emas melengkapinya. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sebagai tuan rumah,
menyambutnya di pintu gerbang.
Sedangkan di Taman Surya, sudah disediakan
berbagai macam makanan khas Surabaya, mulai dari soto ayam, sate ayam dan
kelopo, rawon, bakso hitam, gado gado, nasi kuning, nasi kebuli, semanggi,
kikil lontong dan minuman produk UKM Surabaya. Semua peserta nampak menikmati
makanan khas Suroboyoan itu. Setelah menikmati sajian makanan, mereka kemudian
dihibur dengan berbagai macam atraksi di panggung welcome dinner.
Ibam, seorang bocah tuna netra juga memberikan
penampilan terbaiknya dengan menyanyikan lagu sambil jari-jemarinya memencet lembut
organ yang telah dipersiapkan. Tepuk tangan pun menggema. Selain itu, musik
angklung dan juga tari samman memeriahkan welcome dinner itu. Lagi-lagi, tepuk
tangan pun menggema.
Salah satu peserta dari Fukuoka, Mumu Makinose
mengatakan penyambutan tamu seperti ini sangat unik, karena di Jepang biasanya
disambut di dalam gedung dan tidak di luar atau pun di taman seperti ini.
Makanya, dia sangat mengapresiasi penyambutan semacam ini. “Baru pertama kali
saya lihat penyambutan semacam ini, unik ya ini,” kata Mumu.
Pada Sabtu (17/11/2018), mereka juga diajak
mengunjungi Gedung Nasional Indonesia dan House of Sampoerna. Sore harinya,
para peserta SNS ini diajak menyusuri Sungai Kalimas dan menikmati keindahannya
di waktu petang hingga malam hari. Rombongan ini berangkat pukul 17.00 Wib dari
Grand City menuju dermaga Monumen Kapal Selam (monkasel). Tiba di lokasi, merek
langsung diminta menggunakan pelampung. Bersiap menikmati Sungai Kalimas
berhiaskan lampu lampion warna-warni.
Sebanyak 29 perahu dan 200 pelampung
disediakan Pemkot Surabaya untuk memanjakan para peserta SNS. Semakin malam,
Sungai Kalimas itu semakin menunjukkan keindahan dan kecantikannya. Perlahan,
mereka menyusuri Sungai Kalimas menuju dermaga Siola. Wajah mereka pun
berbinar-binar memancarkan kegembiraan. Bahkan, berkali-kali mereka
mengabadikan atau memfoto keindahan sungai yang membelah Surabaya itu dengan
handphone mereka masing-masing.
Delegasi asal India Yhatin Thakur menilai
Sungai Kalimas itu sangat bersih dan indah. Ditambah lagi hiasan lampu-lampu
lampion yang sangat elegan, menambah cantiknya pemandangan. “Ini pemandangan
yang sangat cantik dan romantis. Saya abadikan momen ini untuk aku ceritakan ke
anak-anakku serta teman-temanku,” ujar Yhatin setelah turun dari perahu.
Setelah itu, para delegasi ini kembali diajak
menikmati keindahan Surabaya melalui Jembatan Gantung di Gedung Siola lantai 3.
Dari jembatan itu, pemandangan cantik Jalan Tunjungan terlihat jelas dengan
variasi berbagai lampu hias. Bahkan, pada kesempatan itu para peserta SNS juga
disuguhkan makan malam, sehingga mereka menikmati keindahan Jalan Tunjungan
sambil makam malam.
“Dua hari saya di sini, kurasa ini tempat
paling bagus. Pemandangan yang sangat cantik. Tadi waktu di sungai juga sangat
indah. Surabaya sangat indah dan ini sangat berkesan,” kata delegasi asal
Taiwan, Gary Gong.
Puas menikmati makan malam, beberapa delegasi
juga menyempatkan diri mampir di stand produk milik pelaku UKM lantai 1. Mereka
membeli berbagai macam produk milik UKM seperti batik, makanan dan minuman
ringan serta aksesoris lainnya. George Makris, salah satu peserta SNS asal
Australia terlihat memborong beberapa produk UKM di Sentra UKM Siola itu.
“Saya beli krupuk, brownies cookies, sambal
dalam kemasan yang cantik serta batik. Saya penasaran dengan berbagai produk
ini,” jelas George.
Tak cukup sampai disitu, pagi harinya, Minggu
(18/11/18). Para peserta SNS ini juga diajak menikmati Car Free Daya (CFD) di
Jalan Darmo, Surabaya. Sejak pukul 07.30 Wib, mereka diajak berkeliling
menggunakan becak hias yang start dari depan Kebun Binatang Surabaya (KBS) dan finish
di perempatan Jalan Urip Sumoharjo.
Sebanyak 55 becak hias disiapkan oleh Pemkot
Surabaya untuk memanjakan mereka. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini tampak
ikut serta dalam agenda pagi itu. Tak ketinggalan pula, Wakil Wali Kota
Liverpool Gary Millar juga nampak hadir pagi itu. Perlahan, mereka berjalan
beriringan dengan para peserta SNS lainnya.
Di sela-sela perjalanan, Wali Kota Risma juga
berkali-kali mengenalkan Gary Millar kepada warga Surabaya yang berjejer di
pinggir jalan. Bahkan, beberapa kali perjalanan rombongan ini berhenti untuk
melayani foto dengan warga.
"Ini Pak Gary Millar, Wakil Wali Kota
Liverpool, ayo beri salam sama beliau. Ayo sini kalau mau foto bareng, tapi
gantian ya, jangan rebutan," ujar Wali Kota Risma kepada warga yang ingin
foto bersama dengan Gary Millar serta para peserta SNS lainnya.
Wakil Wali Kota Liverpool Gary Millar terlihat
begitu antusias menikmati suasana pagi itu. Menurut Gary, apa yang dilakukan
Pemkot Surabaya dengan menggadakan CFD tiap Minggu, merupakan suatu hal yang
luar biasa. Sebab, ia mengaku di negaranya CFD biasanya hanya dilaksanakan satu
tahun sekali.
"Ini sesuatu yang luar biasa. Di negara
saya, CFD biasanya dilakukan setahun sekali. Namun di sini, CFD dilaksanakan
tiap Minggu," imbuhnya.
Selanjutnya, pada malam harinya atau acara penutup, para delegasi SNS ini dimanjakan dengan acara Mlaku-mlaku Nang Tunjungan. Acara yang rutin digelar setiap bulannya itu memamerkan berbagai produk UKM Kota Surabaya. Malam itu, warga Surabaya tumplek-blek di Jalan bersejarah itu, mereka menyatu dalam kebersamaan dan kerukunan. ( Ham )