Tanggapan Pengelola Terminal Bayuangga Kota Probolinggo Atas Pemberitaan Premanisme di Terminal

Budiharjo (kiri) saat menjelaskan terkait operasional pengelolaan terminal Bayuangga menjelaskan.

PROBOLINGGO - Munculnya  pemberitaan disalah satu media online terkait adanya premanisme yang merugikan wisatawan yang akan berwisata ke Gunung Bromo dengan cara menarget wisatawan dengan ongkos yang diluar kewajaran saat wisatawan tersebut menggunakan jasa angkutan.

Atas pemberitaan ini yang pasti menimbulkan polemik dikalangan masyarakat menyangkut pengaturan transportasi untuk tujuan obyek wisata Gunung Bromo yang selama ini dikelola Dinas Perhubungan (Dishub). Untuk itu pihak pengelola Terminal Bayuangga menyayangkan pemberitaan yang dimaksud, karena bertensi memojokkan pihak pengelola terminal Type A tersebut.

Budiharjo selaku Koordinator satuan pelayanan Terminal Type A Bayuangga kota Probolinggo, saat dikonfirmasi terkait isu adanya praktik premanisme yang dilingkup kewenangannya mengatakan bahwa isi pemberitaan tersebut belum bisa dikatakan berimbang, mengingat hingga saat ini tidak ada laporan ke pihak pengelola terkait kejadian ini. 

Menurut Budi, kejadian yang termuat di salah satu media online tersebut diyakini tidak berdasar fakta dilapangan. “informasi yang saya dengar, ada wisatawan Thailand yang saat itu hendak ke obyek wisata Gunung Bromo dan mereka akan menggunakan jasa anggkutan trayek wisata tersebut, namun rupanya sang turis ingin cepat sampai dilokasi. 

Padahal anggkutan ini antri menunggu penumpang hingga kendaraan termuat yang biasanya berkapasitas 15 orang dengan kalkulasi biaya per orang sebesar 35 ribu, jadi kalau dikalikan 15 berarti 550 ribu. Karena ngotot ingin berangkat, akhirnya pengemudi kesal dan bilang kalau keburu mau berangkat, sopir angkutan menawarkan jika sanggup membayar ongkos  dengan jumlah penumpang 15 orang silahkan. Namun turis Thailand ini tidak mau.”Ujarnya.

Lebih lanjut Budi menambahkan jika anggota instansinya setiap saat selalu mengecek kondisi dilapangan. “Jadi tidak benar jika ada sopir yang menarik 3 juta saat itu. Ini berdasar penjelasan pengemudi angkutan yang biasa standby di sekitar terminal. Dengan tarikan sebesar itu, turis manapun gak akan mau dan pastinya pemberitaan itu tidak berdasar.”tambah Budi yang juga menjelaskan ada regulasi tarip yang mengatur soal jasa angkutan.

Seperti diketahui, salah satu media online memberitakan Anaya tarikan jasa angkutan oleh sopir di terminal Bayuangga yang hendak berkunjung ke obyek wisata Gunung Bromo senilai 3 juta. Dari sinilah akhirnya timbul polemik terkait adanya praktik premanisme di lokasi tersebut. “Diharapkan kejadian yang belum jelas kebenarnnya ini tidak terulang kembali, mengingat semua kegiatan yang ada diterminal manapun tidak lepas dari pengawasan Dishub Provinsi.”tegas Budiharjo. (Suh)
Lebih baru Lebih lama
Advertisement