Menko Muhadjir: Perguruan Tinggi Harus Cegah 'Brain Drain'


BOGOR - Indonesia saat ini tengah memasuki masa bonus demografi, di mana jumlah penduduk angkatan kerja dan usia produktif, lebih banyak dibanding penduduk usia non produktif. Bonus demografi harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mewujudkan cita-cita Indonesia Maju di tahun 2045.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyampaikan, upaya yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan potensi bonus demografi dengan mengedepankan prinsip Indonesia Centris yang memeratakan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia. Upaya ini di antaranya dengan mencegah terjadinya migrasi otak atau  'brain drain' di daerah khususnya di desa-desa.

Hal tersebut disampaikan pada kegiatan Sarasehan Nasional 2023 bertajuk "Langkah Berkelanjutan: Aksi Nyata Kolaborasi Mendorong Masa Depan Kesehatan, Energi, dan Lingkungan Hidup Indonesia", yang diselenggarakan oleh Forum Mahasiswa Pascasarjana IPB University, di Auditorium Andi Hakim Nasution, IPB University Bogor, pada Kamis (23/11/2023).

Menurut Menko PMK, potensi anak-anak muda SDM usia produktif harus bisa dimaksimalkan di daerahnya supaya bisa memajukan daerahnya dengan baik. Menurutnya, bila migrasi otak terjadi dan seluruh SDM dengan potensi unggul meninggalkan daerah tanpa kembali, maka cita-cita Indonesia Maju tidak akan tercapai.

Merujuk target SDGs, pertumbuhan ekonomi harus searah dengan ketersediaan lapangan kerja yang layak. Kita perlu menjaga angka migrasi desa ke kota, selain dengan membuka kesempatan para pemuda mendapatkan pendidikan tertinggi namun jenis pekerjaan permanen perlu dikembangkan di desa,  tidak hanya sekedar padat karya. Desa menjadi ujung tombak dengan berbagai upaya agar tidak ada lagi pengangguran di perdesaan. 

"Tantangan bagi IPB sebagai perguruan tinggi _leading sector_ bidang pertanian saya kira perlu ada langkah strategis ke depan bagaimana mencegah _brain drain_, agar tetap mereka bertahan di daerah," ujar Menko Muhadjir.

Menko PMK menegaskan bahwa, migrasi otak merupakan ancaman utama dalam upaya untuk mewujudkan Indonesia Maju. Karenanya, perguruan tinggi harus bisa menciptakan peluang di daerah-daerah yang dapat dimanfaatkan oleh para SDM usia produktif di daerah, sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan serta dapat memberikan peluang generasi usia produktif dapat terserap pada dunia kerja. Sehingga setiap persen angka pertumbuhan ekonomi mampu menyerap lebih banyak Angkatan kerja.

"Ancaman paling berbahaya dalam memeratakan Indonesia adalah _brain draining._ IPB perlu menginisasi program vokasi yang cocok di daerah terutama di wilayah seperti Papua. Karena yang kita khawatirkan bila mereka berniat pergi maka tidak akan kembali ke daerah, malah ke tempat lain dan tidak membesarkan daerah," ungkapnya.

Kemudian, Menko Muhadjir menyatakan, pemerintah daerah juga perlu terlibat dalam menyediakan lapangan kerja bagi penduduk usia produktif dengan memanfaatkan dana desa dan program padat karya dana desa. Dalam jangka waktu panjang diharapkan desa bisa mencapai ketahanan pangan, _zero hunger, zero poverty,_ dan tidak ada pengangguran.

"Dana desa harus diupayakan menyangga, menjadi barrier jangan sampai terjadi arus angkatan kerja di desa jangan sampai menuju ke kota terutama yang muda," ucapnya.

Sebagai informasi, kegiatan Sarasehan Nasional IPB University dihadiri oleh Sekjen Dewan Energi Nasional RI Djoko Siswanto, Direktur Bio Energi Kementerian ESDM Edi Wibowo, Direktur Pengendalian Kerusakan Lahan KLHK Edi Nugroho Santoso, Wakil Rektor 1 Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan IPB University Deni Noviana, Dekan Pascasarjana IPB University Dodik R. Nurrochmat, Ketua Umum Forum Mahasiswa Pascasarjana IPB University Very Surya Hendrawan, dan para civitas akademika mahasiswa pascasarjana IPB University. (Hpo)

Lebih baru Lebih lama
Advertisement