Surabaya - Dalam rangka memperingati Hari Ibu, Komunitas Coffee Morning berkolaborasi dengan Senam Lansia Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela menggelar kegiatan Senam Lansia Sehat di Gedung Graha Widya lantai dua Untag Surabaya. Kegiatan ini diikuti ratusan lansia dari berbagai latar belakang gereja dan agama, serta mendapat dukungan penuh dari Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 Surabaya.
Kegiatan senam di Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya ini sebagai langkah membuka ruang kolaborasi lintas komunitas bagian dari komitmen kampus menuju World Class University yang humanis dan inklusif. Aktivitas senam bersama ini tidak hanya berfokus pada kesehatan fisik lansia, tetapi juga menjadi ruang kebersamaan yang merekatkan persaudaraan dalam keberagaman.
Ketua Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 Surabaya, J. Subekti mengungkapkan keterlibatan kampus dalam kegiatan tersebut merupakan bentuk nyata komitmen lembaga pendidikan terhadap nilai kebhinekaan dan kemanusiaan. “YPTA Surabaya dan Untag Surabaya memiliki karakter nasionalis. Nilai kebhinekaan tidak hanya diajarkan, tetapi dipraktikkan. Ketika komunitas lansia membutuhkan fasilitas, kami membuka kampus dengan senang hati,” terang J. Subekti.
Menurutnya, keterbukaan kampus terhadap aktivitas masyarakat sejalan dengan visi Untag Surabaya menuju World Class University. Ia menegaskan, kampus berkelas dunia tidak hanya diukur dari capaian akademik dan riset, tetapi juga dari kepekaan sosial dan kedekatan dengan masyarakat. “Kampus harus hadir sebagai ruang publik yang ramah, responsif, dan memberi manfaat nyata. Peringatan Hari Ibu melalui senam lansia ini juga mengingatkan kita bahwa kelompok lanjut usia memiliki nilai keteladanan dan pengalaman hidup yang patut diapresiasi,” katanya.
J. Subekti menambahkan, komitmen sosial YPTA Surabaya juga diwujudkan melalui program berkelanjutan, salah satunya pemberian beasiswa bagi pemuda setiap tahun. “Program beasiswa ini terbuka untuk seluruh unsur kepemudaan, termasuk yang diseleksi oleh Pemuda Katolik Jawa Timur. Ini bagian dari upaya memperluas akses pendidikan berkualitas secara adil,” tambah J. Subekti.
Ketua Komunitas Coffee Morning, Hari Soeskandhi, menjelaskan bahwa komunitasnya bersifat terbuka dan rutin melayani masyarakat lintas latar belakang. “Prinsip kami sederhana, siapa pun diterima. Kami minum kopi pagi bersama dan berolahraga. Kegiatan ini rutin setiap Sabtu,” ujarnya.
Ia menyebut pemilihan Untag Surabaya sebagai lokasi kegiatan didasari kesamaan nilai kebangsaan dan keterbukaan terhadap keberagaman.
Salah satu peserta, Suratmi, 70 tahun, mengaku senang bisa mengikuti kegiatan di lingkungan kampus. “Kampusnya bagus dan nyaman. Kami merasa dihargai dan diterima. Ini pengalaman yang menyenangkan,” ujarnya.
Melalui kegiatan ini, Untag Surabaya diharapkan terus menjadi ruang kolaborasi antara dunia pendidikan dan komunitas. Keterbukaan kampus terhadap masyarakat dinilai sebagai langkah konkret menuju terwujudnya World Class University yang unggul secara akademik sekaligus kuat dalam kontribusi sosial. (Kris)

.jpeg)
