Surabaya NewsWeek- Pemerintah Kota Surabaya terus bergerak
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan di Kota Surabaya, termasuk terorisme dan
radikalisme. Kali ini, Pemkot Surabaya mengumpulkan semua Ibu Pemantau Jentik
(Bumantik) di Gedung Sawunggaling, Surabaya, Rabu (30/5/2018).
Pada kesempatan itu,
Wali Kota Risma menjelaskan alasan mengumpulkan Bumantik karena sebelumnya
bertemu dengan Ketua RT/RW. Mereka mengusulkan untuk melibatkan Bumantik dalam
mencegah bahaya terorisme di Kota Surabaya. “Panjenengan tidak harus seperti
densus, saya minta menjadi mata untuk mencegah terorisme. Ini penting karena
kalau bergandeng tangan, saya yakin itu bisa dicegah,” kata Wali Kota Risma
dalam sambutannya.
Menurut Wali Kota
Risma, polisi di Kota Surabaya hanya sekitar 3 ribuan personil, tentara 600
personil dan pegawai Pemkot Surabaya semuanya sekitar 4 ribuan, sedangkan
penduduk Surabaya berjumlah 3,3 juta. Oleh karena itu, butuh peran dan dukungan
dari semua pihak untuk mencegah bahaya terorisme itu.
“Jadi, bukan hanya
tangan, kaki dan pikiran, tapi mata dan mulut juga bisa berkontribusi. Kalau
Bumantik ini bisa diperankan betul, maka saya yakin bisa menjadi informan
pertama dalam pencegahan terorisme karena bisa masuk ke rumah-rumah warga.
Jadi, saya minta tolong jadi informan, itu tok wes,” kata dia.
Wali Kota Risma
menjelaskan, ketika Bumantik masuk ke rumah-rumah warga untuk memeriksa
jentik-jentik nyamuk di kamar mandi, maka tidak ada salahnya melirik-lirik isi
rumah warga. Salah satu contohnya apabila di dalam rumah itu tidak ada
kompornya, kemungkinan jika itu teroris, maka sengaja tidak membawa bahan-bahan
yang panas ke dalam rumahnya supaya bahan peledak yang telah dipersiapkan tidak
meledak di dalam rumahnya.
“Pokoknya, kalau ada sesuatu yang mencurigakan
ketika masuk ke dalam rumah warga, maka itu harus dilaporkan kepada Pak RT.
Yang paling penting laporannya itu adalah alamat rumah warga itu,” ujarnya.
Setelah laporan kepada
Ketua RT, maka tugas Bumantik sudah selesai. Selanjutnya, tinggal Ketua RT akan
melaporkan kepada jajaran Pemkot Surabaya melalui aplikasi Sipandu. “Hal ini
penting karena ini musuh bersama,” tegasnya.
Selain itu, apabila
Bumantik menemukan rumah warga yang ketika diketuk pintunya tidak boleh masuk
atau ketika diketok pintunya tidak keluar-keluar rumah, maka hal itu juga perlu
dilaporkan kepada Ketua RT.
“Tolong dilaporkan supaya kami tahu, karena kalau
tidak tahu, kami sulit untuk mendeteksinya, terutama di perumahan-perumahan,”
imbuhnya.
Wali Kota perempuan
pertama di Kota Surabaya itu menjelaskan bahwa semua pontensi di Kota Surabaya
dikerahkan untuk mencegah bahaya terorisme, mulai dari RT/RW/Kepala Sekolah,
takmir masjid, guru agama dan berbagai element lainnya.
“Habis ini saya masih
berencana untuk mengumpulkan para rektor-rektor,” katanya.
Semua elemen itu, kata
dia, sama-sama diajak untuk melakukan deteksi dini pencegahan terorisme di Kota
Surabaya. Hal ini sangat penting karena dia tidak ingin kejadian serupa terjadi
di Surabaya, sehingga Wali Kota Risma berkali-kali meminta tolong kepada Bumantik
untuk memberikan informasi hal-hal yang mencurigakan.
“Semakin banyak informasi
yang kami dapatkan, maka semakin bagus pula bagi kami untuk mengantisipasinya.
Jadi, saya benar-benar nyuwun tulung,” pungkasnya. ( Ham )