Surabaya NewsWeek- Sebagai
wujud kepeduliaan terhadap anak-anak berkebutuhan khusus, Pemerintah Kota
(Pemkot) Surabaya menyediakan wadah sekaligus meresmikan Ruang Layanan Keluarga
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang dilakukan secara langsung oleh Wali Kota
Surabaya Tri Rismaharini pada Rabu, (2/5/2018) di gedung Siola lantai 2.
Wali Kota Surabaya Tri
Rismaharini menjelaskan maksud dan tujuan menyediakan fasilitas pelayanan anak
berkebutuhan khusus untuk membangun pemerataan layanan tanpa diskriminasi,
memberikan ruang penanganan bagi ABK dengan kesulitan belajar umum maupun
khusus melalui pemberdayaan orang tua serta mengembangkan wadah edukasi bagi
orang tua, guru, guru pandamping kelas untuk pengasuh dan pendidikan efektif.
“Seburuk apapun kondisinya, mereka tetap ciptaan Tuhan
dan itu sama posisinya dimata Tuhan. Tidak ada lagi anak berkebutuhan khusus
disembunyikan orang tuanya. Kita semua sama,” tegas Wali Kota Risma di
sela-sela sambutannya.
Dibalik kekurangan
ABK, Wali Kota Risma mengingatkan kepada orang tua bahwa Tuhan menyelipkan
talenta yang tidak dimiliki oleh orang-orang pada umumnya. “Seperti Albert
Einsten yang dinilai gurunya tidak bisa dan mengerti dengan yang diajarkan.
Tapi akhirnya, jasanya mempengaruhi dunia hingga saat ini," ujarnya.
Agar para orang tua
tidak berkecil hati dengan kondisi anaknya dan percaya bahwa Tuhan adil, Wali
Kota Risma menjelaskan bahwa ke depan, anak-anak berkebutuhan khusus akan
dibutuhkan di dunia pekerjaan. Alasannya, mereka dinilai fokus saat
menyelesaikan pekerjaan, seperti halnya pembuatan chip mobil mewah. “Anak-anak
autis bisa menyelesaikan pekerjaan semacam itu karena susunan saraf otaknya
teratur seperti rak buku, berbeda dengan anak normal," tutur wali kota
sarat akan prestasi itu.
Dirinya juga berharap
kepada seluruh industri kesehatan utamanya yang menangani ABK, agar memberikan
pelayanan yang terbaik dan mengetahui cara menangani pola dan perilaku ABK.
“Kalau kita memberikan yang terbaik dan mampu memecahkan masalah dengan trik yang
benar maka anak itu akan membawa perubahan bagi dirinya dan dunia seperti
halnya Einsten,” tandasnya.
Ke depan, wali kota
perempuan pertama di Surabaya ini berencana membuat ruang khusus bagi psikologi
dan terapi untuk membahas permasalahananak lalu menganalisis permasalahan yang
dialami ABK. Tujuannya, mampu menemukan langkah tepat ketika menangani
persoalan yang dialami setiap ABK. “Pemikiran orang banyak akan sangat baik
ketimbang satu pikiran saja,” jelas Mantan Kepala Dinas Bappeko itu.
Kepala Dinas Pengendalian Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (DP5A) Antiek Sugiharti menyampaikan, ruangan ini
tidak hanya diperuntukkan untuk ABK saja, melainkan melatih para orang tua agar
dapat menangani putra-putrinya secara mandiri. “Orang tua akan dilatih
bagaimana cara memberikan terapi yang sesuai untuk perkembangan buah hatinya
dengan dibantu psikolog dan terapis,” urai Antiek.
Untuk orang tua yang ingin mengkonsultasikan
permasalahan putera/puterinya, langsung datang ke Pusat Pembelajaran Keluarga
(PUSPAGA) setiap hari pukul 9 pagi hingga 4 sore. Setelah itu, dilakukan assement untuk
menggali data kebutuhan anak lalu membuat program penanganan individual untuk
anak dan melatih orang tua agar menindaklanjuti program tersebut.
Sementara itu, Wiji Lestari selaku Tim
Psikolog Pusat Pembelajaran Anak (PUSPAGA) menambahkan, saat ini ada sekitar 20
orang masing-masing 10 orang psikolog dan 10 orang konselor yang siap membantu
para orang tua dalam menangani dan mendampingi permasalahan ABK.
Pemkot Surabaya
sendiri telah menyediakan ruangan gratis tanpa dipungut biaya serta fasilitas
lengkap seperti terapis dan psycolog dan beberapa ruangan
untuk melatih dan menangani ABK seperti, ruang konseling untuk orang tua,
ruang terapi, ruang edukasi bagi orang tua yang ingin mendapatkan berbagai
macam informasi pengetahuan untuk mendeteksi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Lalu, ada ruang observasi dan bermain. “Khusus untuk terapi, masing-masing anak
diterapi 45 menit,” katanya.
Dikarenakan ruangan layanan ini memang
dikhususkan untuk ABK dengan berbagai macam jenis macam gangguan seperti autis dan down
syndromesehingga mendapatkan penanganan yang tepat serta tuntas atas
masalah yang dialami, pihaknya telah melibatkan beberapa pihak terkait. “Untuk
terapitreatment kami memberikan pelayanan remedial
teaching, pemberian stimulasi dini dan layanan intervensi khusus
(terapi perilaku / ABA, OT, CBT dan Wicara),” ujar Lestari.
Ditanya ciri-ciri ABK yang mengalami down
syndrome, Lestari menjelaskan, rata-rata kecenderungannya mengalami
disabilitas intelektual (IQ di bawah rata-rata) dan perlu stimulasi banyak
hal. Kemudian gangguan wicara dan keseimbangan tubuh yang kurang. “Khusus
keseimbangan tubuh, kami menstimulasi motorik mereka seperti memanjat dan
meluncur untuk melatih keseimbangan,” terangnya.
PUSPAGA dan DP5A juga melibatkan beberapa
instansi sebagai penunjang dalam penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas
masalah yang dialami ABK dengan melibatkan Dinas Kesehatan Surabaya, RS dr.Soetomo,
RS Haji, RSAL, RS. Soewandhi, praktek pribadi dokter spesialis (anak, THT,
Wicara), lembaga terapi sensori integrasi, okupansi terapi wicara, lembaga
pendidikan dan perguruan tinggi ang memiliki laboratorium penanganan ABK.
Kepeduliaan Pemkot Surabaya terhadap ABK
mendapat respon positif dari Sisca (37), salah satu ibu rumah tangga yang
tinggal di kawasan Surabaya Barat. Dirinya mengaku senang dengan adanya
fasilitas semacam ini dan berharap, para orang tua tidak malu dengan
permasalahan yang sedang dialami anaknya.
“Fasilitas yang ada didalamnya sangat
memadai untuk menunjang tumbuh kembang anak dan proses penyembuhannya serta
menghemat biaya,” ungkap Sisca. ( Ham )