Risma : Program Ini Menghemat Rp. 27, 5 Miliar Pertahun



Surabaya - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menjadi pembicara dalam forum Bridge For Cities 4.0 di Gedung Vienna International Center, Austria, Selasa (3/09/2019). Forum yang digelar oleh United Nations Industrial Developmen Organization (UNIDO) atau Organisasi Pengembangan Industri Perserikatan Bangsa-Bangsa ini mengangkat tema Anchoring Cities in the Circular Economy: The Role of Digital Technology.

Pada kesempatan itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyampaikan berbagai strategi dan upaya yang telah dilakukannya dalam membangun Kota Surabaya.

Terutama yang sesuai dengan tema forum itu, yaitu mewujudkan pengembangan digital teknologi terhadap perkembangan keberlanjutan ekonomi, khususnya di Kota Surabaya.

“Kota ini adalah kota terbesar kedua setelah ibu kota DKI Jakarta, berfungsi sebagai pusat pengembangan di Indonesia timur. Surabaya telah menerapkan pemerintahan elektronik hampir di semua layanan operasional dan publiknya,” papar Wali Kota Risma saat memaparkan materinya di Vienna, Austria.

Menurut Wali Kota Risma, layanan yang menggunakan elekronik itu, dimulai dari sistem manajemen keuangan, seperti mengakomodasi proposal pengembangan dan pemantauan masyarakat. Kemudian manajemen sumber daya manusia.

“Diantaranya juga ada perekrutan, pensiunan, penghargaan, kinerja manajemen aset, e-monitoring keamanan, bantuan sosial, layanan ambulans, ketinggian air dan berbagai layanan lainnya,” ujarnya.

Selain itu, pelayanan publik yang juga sudah diterapkan adalah e-lisensi, rekam medis dan resep, e-pendidikan untuk pendaftaran siswa, e-transport untuk kontrol mobilitas dan uji emisi.

Bahkan, dokumen kewarganegaraan seperti kelahiran, kematian dan pernikahan pun juga sudah berbasis elektronik. “Selain pelayanan publik, keluhan masyarakat juga kami fasilitasi dengan elektronik,” jelasnya.

Wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya itu juga memastikan bahwa publik berbasis online tersebut memiliki banyak dampak positif bagi masyarakat. Ia menegaskan program berbasis digital ini menunjukkan layanan yang transparan, akuntabel, dan lebih diketahui oleh masyarakat.

Ia juga memastikan, manfaat lain dari pemanfaatan digital ini adalah mampu mengendalikan  mobilitas orang di kota. “Ini dilakukan agar masyarakat juga dapat memantau secara online,” ungkapnya..

Melalui berbagai program ini, Wali Kota yang juga menjabat Presiden UCLG Aspac ini memastikan anggaran pengeluaran mampu dihemat sebanyak 1.9 Juta USD.

“Ini setara dengan Rp 27,5 miliar pertahun. Lumayan bisa digunakan untuk program-program lain,” imbuh dia.

Tidak hanya itu, Wali Kota Risma menjelaskan penggunaan teknologi dalam bidang transportasi, Pemkot Surabaya juga telah mengembangkan berbagai aplikasi.

Salah satunya adalah aplikasi Gobis yang dapat memantau posisi Suroboyo Bus. Aplikasi ini pun dikembangkan lagi menjadi aplikasi “Transportasiku” yang mengcover berbagai aplikasi lainnya.
           
“Aplikasi Transportasiku ini dapat memberikan notifikasi gangguan arus lalu lintas dan dapat mengetahui posisi Suroboyo Bus. Jadi, kegunaannya sangat banyak,” jelas dia.

Kemudian, Wali Kota Risma juga menjelaskan layanan Commend Center (CC) 112 yang berfungsi menangani berbagai masalah dan keluhan masyarakat Surabaya. Petugas dari  CC 112 ini tidak hanya terdiri dari tim penyelamat saja, namun juga terdapat psikolognya.

“Psikolog ini untuk membantu mengatasi masalah sosial warga. Layanan ini buka 24 jam non stop setiap hari dan gratis tidak dipungut biaya sepeser pun,” papar dia.

Selain itu, Wali Kota Risma juga memaparkan keberhasilannya dalam pengelolaan limbah sampah. Bahkan, satu per satu terobosannya dijelaskan kala itu. Mulai dari aplikasi yang dibuat untuk memantau pengumpulan sampah hingga Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang dapat mengeluarkan energi listrik.

“Jadi, aplikasi ini bekerja untuk memantau ketepatan truk sampah saat mengangkut, karena jika terlambat sedikit saja, maka akan berdampak pada kualitas lingkungan,” kata dia.

Dalam menjalankan program ini, pihaknya mengaku semua lapisan masyarakat juga ikut mendukung gerakan pengelolaan limbah sampah. Seperti di tingkat rumah tangga yang memilah sampah organik dan anorganik.

“Kalau sampah anorganik dibawa ke bank sampah yang tersedia di 371 lokasi di seluruh kota. Bank sampah itu bisa menampung 7,14 ton sampah per minggu dan  menghasilkan pendapatan sampai 11.000 USD per bulan,” imbuhnya.

Ia menambahkan, poin penting dari segala program yang dilakukan adalah keterlibatan masyarakat terhadap program itu sendiri.

Lalu untuk mendukung aplikasi online ini, pihaknya sudah menyediakan 200 mesin kios, 3392 koneksi internet di tingkat komunitas. “Bahkan, sudah ada 1.900 tempat wifi di seluruh Kota Surabaya,” tambahnya. ( Ham )

Lebih baru Lebih lama
Advertisement