Surabaya - Momentum
Hari Guru Nasional, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meresmikan Museum
Pendidikan di Jalan Genteng Kali, No 10 Senin (25/11/2019). Dalam peresmian tersebut nampak hadir, jajaran Forum Pimpinan
Daerah (Forpimda) Kota Surabaya, tim cagar budaya serta kepala sekolah dan guru
SD-SMP se Kota Surabaya dan Organisasi Pimpinan Daerah (OPD) Pemkot Surabaya.
Peresmian yang
ditandai dengan penandatanganan prasasti itu lalu pemotongan melati di pintu
masuk Museum Pendidikan. Saat itu, Wali Kota Risma juga sempat berkeliling
menyaksikan 860 koleksi di museum baru tersebut. Satu per satu ruangan
eks Taman Siswa itu dilihat oleh Wali Kota Risma. Bahkan, tak jarang ia
memegang beberapa koleksi museum sembari mengingat masa lalunya.
Wali Kota Risma
mengatakan sebenarnya gedung eks Taman Siswa itu sudah ditaksir sejak lama
untuk dijadikan museum. Bahkan, ia memastikan tak ada satu pun yang diubah dari
bentuk aslinya, yang dilakukan pemkot hanya memperbaiki. Oleh sebab itu, ia
bersyukur tempat ini menjadi milik pemkot dan dikelola menjadi Museum
Pendidikan.
“Ternyata Tuhan
mengabulkan doa saya. Dengan dibantu Direktorat Jendral Kekayaan Negara (DJKN),
tanah bekas asing Cina ini sekarang sudah bisa dikelola pemkot. Saya ingin
anak-anak tahu betapa beratnya pendidikan pada masa itu,” papar Wali Kota Risma
mengawali sambutannya.
Menurutnya, dengan
adanya museum ini, dia mengaku ingin memberikan tonggak kepada anak-anak
generasi milenial bahwa pendidikan pada masa itu sangatlah berat. Itu lah
alasan mengapa Museum Pendidikan ini dibuat. Tujuan utamanya memang untuk
mengerti perjuangan para pendahulu dalam menuntut ilmu yang dapat terekam dari
benda-benda bersejarah itu.
“Kalau mereka tahu
perjuangan zaman dahulu, maka anak-anak kita akan berjuang menggapai
cita-citanya tanpa kenal putus asa dan tidak mengeluh,” ujar dia.
Untuk koleksi, lanjut
Risma, ada sebanyak 860 koleksi di pajang di museum itu. Mulai dari pendidikan
masa lampau sampai pendidikan masa kini. Bahkan, dalam memperoleh barang kuno
itu, Pemkot Surabaya melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar)
hunting dari berbagai tempat di berbagai kota.
“Hunting koleksi dari
berbagai daerah. Beberapa dari koleksi itu ada yang kita dapatkan dari
Yogyakarta,” ungkapnya.
Wali Kota menjelaskan,
meskipun koleksi Museum Pendidikan itu belum lengkap, namun dia berkomitmen
untuk terus berupaya memenuhi isi dari museum itu. “Ini belum lengkap memang.
Tapi kami masih terus berusaha untuk melengkapinya,” tandasnya.
Ia berharap nantinya
anak-anak Surabaya dapat bersaing tidak hanya dari dalam negeri, tapi juga di
tingkat dunia.“Makanya, mereka itu kita siapkan supaya tidak jadi penonton,
karena itu kita persiapkan dengan betul,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surabaya, Antiek Sugiharti
menjelaskan proses pengerjaan museum ini kurang lebih sekitar 4-5 bulan. Sebab,
pembenahan bangunan kuno ini perlu banyak diskusi dengan tim cagar budaya agar
tidak merusak esensi dari bangunan aslinya. “Perlu ada diskusi mendalam dengan
cagar budaya agar bentuk bangunannya tidak berubah,” tandasnya.
Antiek menambahkan
bahwa Museum Pendidikan itu dibuka setiap hari untuk umum dan tidak dipungut
biaya sepeserpun alias gratis. “Museum ini dibuka untuk umum, setiap hari dari
pagi pukul 08.00 – 16.00 WIB. Masuknya free tanpa biaya sepeser pun,” tambahnya.
( Ham )