Surabaya- Wali Kota
Surabaya Tri Rismaharini menjadi keynote speaker pada forum
bertajuk ‘International Forum of Women in Local Governments’ atau
Forum Internasional Perempuan dalam pemerintah daerah. Acara ini diikuti
sekitar tiga ribu peserta yang terdiri dari kurang lebih 27 pemimpin perempuan
di dunia, politisi, akademisi serta masyarakat dari berbagai kota di Negara
Turki.
Bahkan, Presiden Turki,
Recep Tayyip Erdogan juga hadir dalam forum tersebut. Wali Kota Risma dipilih
mewakili para pemimpin perempuan yang dinilai sukses dalam pemerintahan. Dalam
forum tersebut, Wali Kota Risma memaparkan keberhasilannya dalam menerapkan
berbagai program pemberdayaan dan perlindungan hak-hak perempuan dalam
membangun Kota Surabaya.
Dari sekian banyak
program yang dilakukan, Wali Kota Risma lebih banyak membahas tentang program
pemberdayaan perempuan, yakni penutupan eks Lokalisasi Dolly dan Pahlawan
Ekonomi (PE).
“Pada tahun pertama saya
sebagai Wali Kota Surabaya 2010 lalu, itu adalah saat yang sulit karena harus
menghadapi tantangan besar. Mulai dari banjir, perbaikan lingkungan,
infrastruktur, kemiskinan, sampai trafficking,” papar Wali Kota
Risma di ATO Congresium, Ankara Turki, Rabu (11/12/2019).
Risma menjelaskan, untuk
memecahkan masalah trafficking, harus dicari akar persoalan.
Ternyata, diketahui bahwa harus menutup semua tempat prostitusi di enam lokasi
Surabaya. Sebab, hampir tiap bulan, ia harus bekerja dengan pihak kepolisian
untuk menangani kasus perdagangan manusia yang melibatkan perempuan dan
anak-anak.
“Di situ
saya mengambil keputusan serius dan berisiko menutup semua prostitusi satu
per satu. Saya menyadari betapa besarnya dampak buruk terhadap kehidupan orang
di sekitarnya, terutama pada anak-anak,” ungkapnya.
Alhasil, penutupan eks
lokalisasi mulai dilakukan sejak tahun 2012 secara bertahap. Selain memikirkan
proses penutupan, wali kota perempuan pertama di Surabaya ini juga harus memberikan
solusi bagi warga terdampak penutupan tersebut. Mulai dari pekerja seks,
mucikari, penyanyi karaoke hingga tukang parkir.
“Saya terus berjalan
dengan menyiapkan mereka semua untuk dibekali pelatihan keterampilan dan
memulai bisnis baru. Mengalihkan pekerjaan mereka dengan usaha yang baru,”
ungkapnya.
Ia memastikan, sekarang
enam wilayah eks lokalisasi itu telah berubah. Area yang dahulunya ladang
prostitusi, kini disulap menjadi tempat kreatif. “Sekarang wilayah itu sudah
tumbuh menjadi tempat kreatif, di mana banyak bisnis lokal dapat tumbuh.
Usahanya macam-macam, ada batik, makanan, dan banyak lagi,” ujarnya.
Selain pemberdayaan
untuk warga terdampak penutupan eks lokalisasi, Wali Kota Risma juga memiliki
program lain untuk menekan angka kemiskinan. Yakni, dengan cara memberdayakan
ibu-ibu rumah tangga.
Menurutnya, pada tahun
2010 angka kemiskinan sekitar lebih dari 20 persen. “Itulah mengapa saya
mengundang ibu-ibu dari keluarga miskin untuk mengambil bagian dalam program Pahlawan
Ekonomi (PE),” imbuhnya.
Dia mengatakan, di dalam
program tersebut, para ibu rumah tangga diajarkan menjadi pengusaha dan menjadi
pahlawan bagi keluarga mereka masing-masing. Menurutnya, banyak sekali tahapan
pelatihan yang diberikan di program itu, mulai dari pelatihan pembuatan produk,
cara pengemasan (packaging), sampai pemasaran dengan memanfaatkan arus digital.
“Dimulai dengan hanya 89
grup di tahun 2010, sekarang kami memiliki lebih dari 11 ribu kelompok usaha
kecil dan menengah yang dikelola oleh perempuan,” jelasnya.
Masih Risma, di
lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, saat ini ada sekitar 45 persen
pejabat perempuan. Bagi dia, melihat banyaknya masalah sosial yang tengah terjadi
di masyarakat, juga membutuhkan sosok pemimpin perempuan. “Perempuan itu punya
cara khas sendiri untuk menyelesaikan setiap persoalan,” imbuhnya.
Lebih lanjut ia
menyampaikan, pemimpin perempuan dapat melakukan hal-hal secara lebih rinci,
mendengarkan lebih banyak. Bahkan, semua itu adalah modal perempuan dalam
memimpin dengan hati.
“Membuat keputusan
berdasarkan kebutuhan, mengambil tindakan segera kapan pun diperlukan. Atau
dengan kata lain, memimpin dengan belas kasih,” tandasnya.
Ia menambahkan, jika
semua pemimpin perempuan dapat memimpin dengan belas kasih, maka dapat
memberikan teladan yang baik bagi generasi penerus. Sebagai pemimpin perempuan,
Wali Kota Risma berharap setiap perempuan itu dapat mencapai tingkat jabatan
tertingginya.
0 Komentar