
Tantangan tersebut disikapi Kepala Badan Arsip dan
Perpustakaan (Baperpus) Kota Surabaya, Arini Pakistyaningsih, dengan penuh
optimisme. Menurut dia, perpustakaan di Surabaya punya keunggulan tersendiri.
Yakni, jumlahnya yang sangat banyak mencapai 947 titik. Lokasi perpustakaan dan
taman baca tersebar di balai-balai RW, kelurahan, kecamatan, taman kota, rumah
susun, puskesmas, sekolah, terminal, dan panti sosial. Ditambah layanan mobil
perpustakaan keliling di 64 lokasi.
“Banyaknya jumlah perpustakaan sesuai dengan misi utama kami,
yaitu mendekatkan buku ke masyarakat,” paparnya saat menerima rombongan tim
juri, Senin (15/7).
Dikatakan Arini, Baperpus tak henti-hentinya mendorong
peningkatan minat baca masyarakat. Salah satu strategi yang ditempuh adalah
dengan membiasakan membaca sejak usia dini. Baperpus menggandeng Dinas
Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya untuk mewujudkan masyarakat gemar membaca.
Caranya, dengan memasukkan kegiatan membaca dalam kurikulum sekolah. Dengan
demikian, anak-anak usia sekolah akan terbiasa dengan membaca buku setiap
harinya.
Arini menambahkan, kehadiran perpustakaan punya banyak
manfaat. Disamping mencerdaskan masyarakat, perpustakaan juga dapat berfungsi
untuk mengalihkan anak-anak dari budaya negatif. “Kemajuan teknologi tak bisa
dipungkiri juga membawa dampak negatif. Nah, membaca merupakan salah satu cara
membentengi diri dari terpaan hal-hal negatif,” katanya.
Sementara itu, tim juri melakukan penilaian di lima perpustakaan
selama dua hari, Senin (15/7) dan Selasa (16/7). Lokasi yang ditinjau mulai
dari perpustakaan Balai Budaya, Taman Ekspresi, SDN Bubutan IV, Taman Flora,
hingga Perpustakaan Kota di Rungkut.
Ketua tim juri, Sudirwan Hamid, menuturkan adapun beberapa
hal yang menjadi kriteria penilaian diantaranya, pelayanan, sumber daya manusia
(SDM), anggaran, pemanfaatan perpustakaan, tingkat kunjungan, serta fasilitas.
Namun, yang paling penting dari semua itu yakni kepedulian pemerintah daerah
dalam memajukan dan mengembangkan perpustakaan. Serta, peran aktif lembaga
non-pemerintah juga tidak bisa dikesampingkan. “Jadi gedung yang bagus dan
fasilitas mewah bukan satu-satunya faktor penentu sebuah perpustakaan dikatakan
layak menjadi juara,” paparnya.
Menurut Sudirwan, definisi perpustakaan yang baik adalah
perpustakaan yang paling banyak dikunjungi dan mendatangkan manfaat bagi
masyarakat di sekitarnya. Dia mengaku, sejauh ini perpustakaan di Kota Surabaya
masuk kategori baik. Namun, Pustakawan Utama Perpusnas RI ini tak mau buru-buru
menyimpulkan penilaian, sebab masih banyak daerah yang belum dikunjungi. “Kami
tidak berani memberi penilaian terlalu dini. Kita lihat daerah lain dulu lah,
yang pasti perpustakaan di Surabaya sudah dikategorikan baik,” terangnya.