Menteri Lingkungan se-ASEAN Apresiasi Pengelolaan Lingkungan di Surabaya



SURABAYA---Para Menteri Lingkungan negara-negara ASEAN plus tiga negara mitra ASEAN (Jepang, Korsel dan China), menyampaikan apresiasi positif atas upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dalam pengelolaan lingkungan. Apresiasi positif itu disampaikan para menteri ketika berkunjung ke beberapa lokasi di Surabaya yang warganya sukses mengelola lingkungannya, Kamis (26/9).
Ada tiga lokasi yang menjadi destinasi kunjungan para Menteri Lingkungan dari 13 negara tersebut yakni Kecamatan Jambangan, lalu Kelurahan Gundih di Kampung Margorukun, Kecamatan Morokrembangan. Warga di dua kawasan ini berhasil mengolah limbah air menjadi air bersih serta sukses mengelola bank sampah. Rombongan menteri ini kemudian berkunjung ke Superdepo Sutorejo dan dilanjut ke Taman Jayengrono.
Menteri Pembangunan Brunei Darussalam, Pehir Datuk Haji Suyoi Usman, mengaku terkesan dengan   program lingkungan yang dilakukan warga. Menurutnya, program ini sangat bagus. Dia mengapresiasi keberhasilan Pemerintah Kota Surabaya dalam memberikan sosialisasi akan pentingnya menjaga lingkungan.
“Sangat menakjubkan, warga di sini sangat bagus, bisa saya contoh di Brunei. Warganya sangat sadar terhadap kebersihan lingkungannya. Kita juga sedang ada program kampung bersih seperti di sini. Sebab, di Brunei sampah berhamburan di mana-mana, masih belum dikelola seperti di Surabaya,” ujar Pehir Datuk Haji Suyoi Usman disela-sela kunjungan ke Kecamatan Jambangan.
Di Kecamatan Jambangan, delegasi Brunei dan Kamboja disambut warga RW III/RT VII dan RT III. Di RT VII, para delegasi melihat proses bank sampah. Sedangkan di RT III, mereka melihat langsung proses Instalansi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Warga juga memberikan penjelasan proses bank sampah. Mereka juga melakukan simulasi pengumpulan sampah yang dilakukan warga seminggu sekali. Uang hasil penjualan sampah ke pengepul sampah kemudian disimpan di bank sampah bernama Bak Sampah Pitu. Dalam satu tahun kemarin, Bank Sampah Pitu mampu menghasilkan satu ton sampah. Setiap tahunnya, bank sampah bisa menghasilkan Rp 12 juta rupiah. 
Sementara di Kelurahan Gundih, delegasi dari Thailand, Laos, Myanmar, dan Korea Selatan, diajak ke kampung Margorukun 6 RT VII RW X. Di sana, delegasi antusias bertanya perihal komposter aerob yang mengelola sampah rumah tangga. Camat Bubutan, Yanu Mardianto mengatakan, kecamatannya fokus pada pengelolaan sampah dan penghijauan.
“Di sini, tidak ada sampah yang dibuang percuma. Sejak dari rumah, sampah sudah dipilah, mana yang sampah kering, sampah basah dan sampah B3. Oleh warga, sampah basah dimasukkan ke komposter setiap hari, kalau sampah kering dua minggu sekali. Kalau sampah kering disetor ke bank sampah dua minggu sekali. Warga juga bisa memanfaatkan sampah kering menjadi handicraft,” ujar Yanu.
Delegasi lantas menijau resapan jumbo system pengolahan air limbah rumah tangga yang mampu mengolah air limbah menjadi air bersih yang digunakan unuk menyiram tanaman dan aktivitas lainnya. Mereka serius mendengarkan penjelasan Lurah Margorukun, Sugiarto perihal sitem IPAL tersebut. Direktur Natural Resources Kementrian Lingkungan Thailand, Dr Wijarn Simachaya bahkan menaiki tendon system IPAL tersebut karena penasaran. “Saya rasa ini bagus sekali. Warga di sini sangat kreatif,” ujarnya singkat.
Sebelumnya, pada pagi harinya, dihadapan Menteri Lingkungan RI, Balthazar Kambuaya dan 13 Menteri Lingkungan  negara ASEAN dan mitra ASEAN, Walikota Surabaya, Ir Tri Rismaharini, menyampaikan paparan perihal kerja sama sister city antara Surabaya dengan kota Kitakyushu (Jepang). Menurut walikota, setiap tahunnya, pihak Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mengirim stafnya ke Kitakyushu untuk menimba pengetahuan pengelolaan lingkungan.
“Kita kerja sama dengan Kitakyusu dalam hal pengelolaan air sungai, kawasan industry dan kawasan rumah tangga, serta transportasi yang ramah lingkungan,” tegas Walikota Risma.
Walikota Risma juga menjelaskan keberhasilan Pemkot Surabaya dalam menggerakkan warganya untuk ikut peduli pada pengelolaan lingkungan. Keikutsertaan warga tersebut berupa pembentukan rumah kompos di pemukiman warga dan juga pasar (composting houses managed by community). Lalu pembentukan bank sampah di kelurahan dan sekolah yang dikelola masyarakat dan bisa menambah pendapatan warga. Serta, pengolahan air limbah menjadi air yang bisa dimanfaatkan. Partisipasi warga inilah yang menjadi kekuatan utama Kota Surabaya dalam mewujudkan kota yang bersih.
“Awalnya kami memiliki keterbatasan infrastruktur dan juga masalah serius dengan ditutupnya Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Saya lalu menggerakkan warga untuk berpartisipasi. Selain meringankan biaya, kepedulian warga dalam mewujudkan kebersihan juga berpengaruh pada kesehatan. Buktinya, jumlah warga Surabaya yang terkena penyakit terus menurun karena mereka sadar kesehatan,” sambung Walikota Risma.
Walikota perempuan pertama di Kota Surabaya ini juga menjelaskan perihal penurunan volume sampah yang masuk ke TPA Benowo. Dalam display yang dipaparkan, pada tahun 2005, jumlah volume sampah masih di angka 2000 meter kubik. Tetapi, pada tahun 2012 lalu, jumlah volume sampah sudah menurun di angka 1000 meter kubik.
“Taman-taman kota juga lebih bagus meskipun sebenarnya tanah di Surabaya itu kurang bagus karena kawasan pantai. Tetapi kini Surabaya sudah jadi lebih hijau dan rindang,” sambung walikota.
Kepala Bagian Kerjasama Pemkot Surabaya, Ifron Hady Susanto menambahkan, agenda Informal ASEAN Ministerial Meeting on the Enviromenth (IAMME) pada Kamis (26/9) adalah pertemuan Menteri Lingkungan ASEAN plus tiga menteri negara mitra ASEAN. “Bahasan yang dibahas oleh Menteri Lingkungan negera-negara ASEAN pada Rabu (25/9), di-share ke tiga Menteri Lingkungan Jepang, Korsel dan China,” ujar Ifron.(*)
Lebih baru Lebih lama
Advertisement