Aparat Paksa Kuasai Dolly , FPL Dan Warga Melawan


Surabaya Newsweek-  Ternyata Pemkot  Surabaya  dalam naungan Walikota Tri Rismaharini tidak pernah main- main dalam janjinya akan memasang plakat “ Kawasan Bebas Prostitusi “ diwilayah Dolly – Jarak  apapun yang akan terjadi, akhirnya janji  tersebut terpenuhi walaupun , gesekan tak terelakan antara  pasukan  gabungan yang terdiri dari Satpol-PP, Linmas, Polrestabes, Korem, Garnisun serta Brimob dengan sekelompok warga yang selama ini menolak penutupan Lokalisasi Dolly – Jarak sebanyak 10 orang yang dinilai provokator ditangkap dan diamankan.

Awal  kejadian gesekan tersebut dipicu dengan penghadangan petugas dengan melakukan pembakaran ban bekas dan lemparan  batu dari kelompok warga , namun aparat terus bergeak maju sampai kedua kubu saling berhadapan secara fisik dan terjadi bentrok yang tak terelakan, akhirnya petugas aparat langsung  membawa beberapa orang yang dianggap  sebagai pemicu konflik ke Polrestabes Surabaya untuk dimintai keterangan.  

Sebelumnya aparat bergerak  seorang petugas polisi menginstruksikan warga yang tidak berkepentingan untuk masuk ke rumah masing-masing yang kemudian diikuti pasukan Anti Huru Hara Brimob Polda Jatim melakukan penyisiran sepanjang Jalan Jarak hingga Jalan Kupang Gunung Timur atau yang biasa dikenal dengan Gang Dolly.

Dalamp Patauan media ini, tak kurang dari 400 personel polisi memenuhi jalan untuk mencari orang-orang yang diduga terlibat bentrokan dan memicu provokasi. Sesampainya di Posko Front Pekerja Lokalisasi (FPL), polisi mengincar pentolan FPL yang selama ini diduga menjadi provokator.



Namun, Posko yang sebelumnya selalu terbuka itu hari ini terlihat tutup, ternyata masih ada 3 orang berada di dalam, termasuk Saputro atau pria yang akrab dipanggil Pokemon dan Suyitno, yang keduanya merupakan Ketua dan Koordinator FPL yang ngetol menolak penutupan lokalisasi.

Tanpa basa-basi, polisi meminta agar pagar posko dibuka, sehingga Pokemon yang berada di dalam tidak kuasa melawan. "Saya masih nelpon Pak Setija (Kapolres), katanya nggap pa-pa," ujar Pokemon. Ucapan itu rupanya tidak mengubah polisi untuk menangkapnya dan beberapa pukulan langsung dilayangkan ke wajah Pokemon hingga berdarah.

Tindakan ini diikuti anggota Satuan Polisi Pamong Praja untuk membersihkan jalan dari spanduk-spanduk perlawanan FPL, seperti spanduk berwarna merah yang sebagian besar berisi tentang menolak penutupan wisma prostitusi itu diturunkan atau dicabut paksa.

"Ada dua orang yang diamankan, diduga sebagai provokator," kata Setija Junianta Kapolrestabes Surabaya (27/7/14), namun kemudian dikatakan bahwa jumlah orang yang diamankan lebih dari dua, dan Setija mengaku masih akan memastikan kembali.

Terpisah, Kepala Bagian Humas Pemerintah Kota Surabaya Muhammad Fikser membenarkan bahwa tidak akan ada pengamanan apa pun di lokasi, dan dikatakan juga bahwa sebelumnya Pemerintah Kota sudah berupaya untuk mengajak komunikasi massa penolak penutupan namun selalu ditolak.

"kami selalu ditolak. Mereka sendiri yang tidak mau, makanya kami harus ambil tindakan seperti ini," ujarnya.

Dijelaskan juga oleh Fikser bahwa selanjutnya Pemerintah Kota Surabaya akan menggelar operasi yustisi dan razia untuk mengantisipasi wisma-wisma prostitusi yang masih nekat beroperasi ,” Tambahnya. ( Ham )
Lebih baru Lebih lama
Advertisement