Sindiran Pedas Risma Disoal DPRD Surabaya

              
SURABAYA NEWSWEEK- Walikota Surabaya Tri Rismaharini , merasa tidak siap bila Pilkada tak langsung karena, menurutnya sangat mahal untuk biaya politik, sikap walikota yang tak mampu untuk membiayai pilkada tidak langsung , mendapat respon keras dari DPRD Kota Surabaya pasalnya, dewan merasa tersinggung atas nyanyian Risma  yang dipublikasikan dimedia massa beberapa hari yang lalu soal  anggaran  Pilkada.

Walikota Surabaya Tri Rismaharini  mengatakan, bahwa dirinya tak mempunyai uang untuk bertarung dalam proses demokrasi tak langsung, karena menurutnya , untuk maju dalam pemilukada langsung, biaya yang dibutuhkan relatif murah. “Kalau pemilukada langsung biayanya lebih murah,” tutur Risma panggilan akrabnya Walikota Surabaya.

Tempat terpisah , Agung Prasodjo anggota fraksi Golkar mengatakan, jika pernyataan Risma di depan sejumlah duta besar negara sahabat, yang kemudian termuat di sejumlah media, merupakan kalimat yang tidak pantas dan tidak etis diungkapkan karena, berimbas pada tudingan negatif kepada anggota dewan Surabaya.

“Sebagai Walikota mestiny,a tidak mengungkapkan pernyataan seperti itu, karena, secara tidak langsung menuduh bahwa, dalam Pilkada tak langsung kami dipastikan akan melakukan praktik politik transaksional, pragmatis atau money politik dalam prosesnya, ini tidak etis dan tidak pantas diucapkan oleh seorang Wali Kota,” Ungkapnya.

Agung juga meminta kepada Risma, untuk berhati-hati dalam berstatment karena, proses pengusungan seorang bakal calon dalam sebuah Pilkada. tidak harus bicara soal uang, melainkan melalui proses penjaringan yang kemudian dimintakan persetujuan ke tingkat DPP.

“Pernyataan itu jelas melecehkan kami sebagai anggota dewan karena, dipartai kami tidak seperti yang dia (Risma-red) tuduhkan tetapi, harus melalui proses penjaringan yang tentu melibatkan peran rakyat atau kontituen, yang kemudian diajukan ke DPP untuk dimintakan rekomendasi, jadi bukan soal puanya uang atau tidak,” tegas anggota dewan baru yang kabarnya akan menempati posisi komisi C ini.

Sementara Baktiono anggota fraksi PDIP, yang mengaku geram bahwa, ucapan Risma yang mengaku lebih siap pilihan langsung karena biayanya murah dianggap tidak berdasar  karena, pada saat diusung oleh PDIP, maju sebagai Cawali bersama Bambang DH tahun 2009, yang  berhasil terpilih, Risma dituding tidak mengeluarkan modal karena, seluruh biaya pemenangan dan saksi menjadi tanggung jawab organisasi.

“Apa dasarnya ngomong begitu, memangnya dia (Risma-red) ,tahu berapa biaya yang dikeluarkan terutama untuk saksi, di Pilkada tahun 2009 kemarin, itu punya duit berapa dan mengeluarkan biaya berapa, lha wong duitnya cuma 60 juta plus mobil Kijang tahun lama, kalau sekarang dia ngomong, soal biaya untuk Pilkada itu tidak masuk akal karena, saya yakin dia tidak tahu itu karena, semua biaya pemenangan terutama untuk saksi ditanggung organisasi, dengan cara patungan, itulah PDIP, yang selama ini diajarkan gotong royong,” ungkapnya.

Menanggapi hal yang sama, Zakaria anggota fraksi PKS DPRD Surabaya menyatakan, bahwa fraksinya memberikan jaminan jika, proses Pilkada tak langsung akan berjalan bersih, terbuka dan transparan.


“Fraksi kami menjamin jika, Pilkada Surabaya dilaksanakan dengan sistem tak langsung akan terhindar dari praktik politik transaksional karena, kami akan berupaya agar, pelaksanaannya terbuka, bersih dan transparan,” Katanya. ( Ham )


Lebih baru Lebih lama
Advertisement