Kehadiran Bapak di Muhammadiyah, Kalah Dengan Ibu Aisiyah


SURABAYA - Drs.H.Hajriyanto Y.Thohari, MA, Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menengarai, bahwa “kehadiran bapak-bapak di rapat-rapat di lingkungan Muhammadiyah sekarang ini semakin menyusut, kalah dengan kehadiran dengan ibu-ibu yang tergabung dalam wadah Aisiyah. Atau, 2/3 jumlah yang hadir atau melebihi dari separo jumlah yang hadir adalah ibu-ibu dan mengalahkan kehadiran bapak-bapaknya.

Namun, para bapak tersebut tidak mau disalahkan dan berdalih, kehadiran ibu-ibu lebih banyak karena bapak-bapak bekerja dan ibu-ibu yang tidak banyak kesibukannya,” demikian dikatakan Hajriyanto pada acara pelantikan PC Muhammadiayah se-Surabaya Barat, Minggu, (29/5) di Bangkingan Lakarsantri.

Menurutnya, baru-baru ini PP Muhammadiyah meresmikan pendirian Universitas perempuan yang pertama di Indonesia dan berlokasi di Jogjakarta dinamakan Universitas Aisiyah atau disingkat dengan nama Unisyah. Pemerintah pernah berencana mendirikan universitas perempuan, pada era Menteri Perempuan di jabat oleh Sri Rejeki Sumarjoto dan akan dibangun di Bandung, tapi belum sempat berdiri universitas tersebut atau belum berhasil mendirikan. “Alhamdulillah, sangat fenomenal Muhammdiyah sudah dapat mendirikan perguruan tinggi perempuan dan mudah-mudahan dapat berkembang dengan baik,” ujar Hajriyanto Y. Thohari, mantan Wakil Ketua MPR.

Dia menilai tema yang diusung dalam pelantikan ini, yaitu-Sinergi kepemimpinan menuju dakwah berkemajuan adalah sangat tepat dengan bergabungnya antar PCM Sukomanunggal, Tandes, Pakal, Sambikerep dan Lakarsantri. “Orang mukmin yang kuat, lebih disukai Allah daripada orang muslim yang lemah. Dan, umat Muhammadiyah jangan silau dengan orang dengan jumlah yang banyak, tapi kalau tidak berkualitas untuk apa,” katanya menandaskan.

Orang Muhammadiyah jangan diajari soal pluralisme, karena kita sudah melaksanakan puluhan tahun lalu. Kita lihat di Sikka, NTT jumlah umat muslimnya hanya berjumlah sekitar 7 persen dari jumlah penduduk dan dari jumlah tersebut separonya adalah warga Muhammadiyah mempunyai sekolahan; TK 17, SD 17, SMP 25, SMA 7 dan SMK 7 buah, kata Hajriyanto yang juga politisi asal Partai Golkar. 

Oleh karena itu, masih kata dia, kita kerja kongkret aja dan tidak hanya bermain dalam kata-kata saja. Maka dari itu, menurut Muhammadiyah jumlah tidak begitu penting dan yang lebih diutamakan adalah kualitas umatnya. Ia mencontohkan, lihat warga Tionghoa di Indonesia yang berjumlah hanya sekitar 3 persen dari total jumlah penduduknya, tapi dapat menguasai perekonomian nasional secara mayoritas, ungkapnya.

“Islam sebagai agama mengajarkan tentang berkemajuan dalam peradaban dunia,” tambahnya. Dalam tabligh akbar ini juga dilantik oleh pengurus PDM Kota Surabaya, Pimpinan Cabang Muhammadiyah dan Pimpinan Cabang Aisiyah kecamatan; Sukomanunggal, Tandes, Pakal, Sambikerep dan Lakarsantri. (b)
Lebih baru Lebih lama
Advertisement