Surabaya Newsweek- Kinerja Satpol PP dalam penertiban pasar
tumpah yang ada di beberapa kawasan kota sempat mendapat kritik DPRD Kota
Surabaya. Pasalnya, menurut Ketua Komisi D Agustin Poliana, saat dengar
pendapat di ruang Komisi D, keberadaan pasar tumpah, yang berasal dari luberan
pedagang terjadi di hampir semua pasar tradisional yang ada di Surabaya.
“Kalau di dalam pasar
memang tanggung jawab PD Pasar, namun di luar kan tugas Satpol PP, “ ujarnya.
Rabu (3/5)
Maraknya pasar
tumpah, bukan saja menyebabkan kesemrawutan. Namun menjadi biang kemacetan lalu
lintas. Untuk itu, Agustin meminta, pemerintah kota menempatkan para
pedagang tersebut di lokasi yang representatif.
Menanggapi kritik
kalangan dewan, Kepala Satpol PP Irvan Widyanto mengatakan, bahwa selama ini
pihaknya, intens melakukan penertiban. Penertiban yang dilakukan, antara lain
di Pasar Tembok, Pasar Asem, Pasar di Pacuan Kuda dan Pasar Kembang. Hanya saja
menurutnya, apabila tak ada pembenahan infrastruktur pasar, keberadaan pasar
tumpah sulit diatasi. Sejumlah pedagang yang diarahkan ke dalam pasar tetap
kembali ke jalan, karena masalah penempatan.
“Di Pasar tembok, di
bagian bawah untuk pasar basah, tapi digunakan untuk jual ayam. Kan gak bisa
gabung pedagang sayur. Makanya mereka keluar,” tuturnya
Kasatpol menerangkan,
kondisi sama terjadi di Pasar kembang. Para pedagang yang menyebabkan pasar
tumpah di sekitar Jalan Kedung doro enggan, masuk ke dalam pasar, karena PD
Pasar menempatkan mereka di lantai dua.
“Harusnya ada
infrastruktur yang dibangun, lapak yang ada di depan dibongkar semua,” kata
Irvan.
Di sisi lain, ia
mengakui, apabila pola penertiban yang dilakukan dengan menjaga kawasan
tersebut, jumlah personel yang dibutuhkan cukup besar. Sementara, jumlah
personel yang ada masih terbatas. Irvan mengaku, kesulitan lain menertibkan
para pedagang pasar tumpah, karena mereka selama ini telah membayar retribusi
ke PD Pasar.
“Makanya kita juga
butuh masukan DPRD, untuk mencari solusinya,” paparnya
Irvan mengakui, keberadaan pasar tumpah mengganggu arus lalu lintas.
Irvan mengakui, keberadaan pasar tumpah mengganggu arus lalu lintas.
Ia menyebutkan di
Pasar Tembok, banyak pembeli yang tak turun dari kendaraannya saat membeli ke
pedagang.
“Jadi fenomenanya
seperti drive thrue, masih di atas motornya. Padahal ini menyebabkan
kemacetan,” ujarnya
Mendengar penjelasan
Irvan soal fenomena pedagang di Pasar Tembok, sebagian anggota dewan menimpali
dengan guyonan. Ketika ia menyebut jika, Agustin Poliana mengetahui kondisi
kawasan tersebut karena sering melewatinya
“Mengingatkan
lagi masa lalu,” kata beberapa anggota dewan.
Meski mendukung upaya
penertiban, namun kalangan dewan meminta upaya tersebut dilakukan secara bijak.
Pasalnya, berkaitan dengan mata pencaharian mereka. Apalagi, sebagian pedagang
tersebut adalah warga kota.
“Kita gak bisa hantam
kromo, karena menyangkut urusan perut. Untuk itu, harus bijak dan adil,” harap
Agustin. ( Ham )