Surabaya Newsweek-
Mewujudkan kota yang ramah lingkungan tidak hanya menjadi tanggung jawab
pemerintah daerahnya. Masyarakat juga bisa ikut memberikan kontribusi nyata.
Termasuk dari lingkungan sekolah. Selama bertahun-tahun, ada banyak pihak di
sekolah di Surabaya yang aktif dalam upaya penyelamatan lingkungan melalui
program Surabaya Eco School.
Kontribusi
nyata dari siswa/siswi, guru dan kepala sekolah serta komunitas peduli
ingkungan di Surabaya dalam upaya penyelamatan lingkungan, mendapatkan
apresiasi positif dari Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini. Menurut wali kota,
atas kontribusi yang terus-menerus dilakukan untuk Surabaya, mereka layak untuk
disebut sebagai pahlawan yang tidak terlihat.
"Saya
bangga. Kalian murid-murid, guru dan kepala sekolah yang luar biasa. Kalian
terus menerus memberikan perhatian kepada Surabaya. Kalian sudah memberikan
kontribusi positif untuk kota ini. Kalian adalah pahlawan yang tidak terlihat,”
ujar Wali Kota Tri Rismaharini di acara Awarding Surabaya Eco School 2017 yang
digelar di gedung Balai Budaya, Sabtu (9/12).
Menurut
wali kota, penghargaan tersebut mungkin tidak ada artinya bila sekadar dimaknai
dari nilainya. Namun, ada hal yang jauh lebih penting dari penghargaan
tersebut. Yakni upaya konsisten untuk ikut menyelamatkan lingkungan.
“Yang
terpenting, kita harus terus-menerus melakukan upaya ini. Tidak usah kecil hati
atau minder bila dianggap pasukan kuning. Sebab, kalian telah ikut
berkontribusi untuk menyelamatkan kota ini,” sambung wali kota.
Direktur
Surabaya Eco School, Anggrian Permana menyampaikan, Surabaya Eco School
merupakan program jangka panjang satu semester yang melibatkan seluruh SD dan
SMP di Surabaya. Kegiatannya berpatokan pada lingkungan hidup di sekolah
masing-masing.
“Hari ini ending programnya, kami memberikan apresiasi sebanyak
mungkin pada sekolah yang sudah konsisten dalam melakukan gerakan lingkungan
hidup di sekolahnya,” tegas Anggrian.
Menurut
Anggrian, program Surabaya Eco School yang bekerja sama dengan Dinas
Pendidikan, aktivitasnya diantaranya gerakan massal yang melibatkan seluruh
elemen sekolah, juga ada gerakan lingkungan hidup yang bersifat momentum
seperti pengomposan, pengumpulan sampah, membuat area resapan biopori, dan
gerakan pembuatan konten kreatif seperti mading dan instagram. Termasuk juga
melakukan worskhop yang telah diikuti 630 sekolah.
“Ini
sudah tahun ketujuh. Goal nya adalah bagaimana mengajak seluruh warga sekolah
untuk berubah karakternya menjadi peduli lingkungan hidup. Dimulai dengan
pengomposan, pemilahan sampah, dan kegiatan seperti ini. Kami bekerjasama
dengan dinas pendidikan. Tapi untuk materi dari kami sendiri,” sambung
Anggrian.
Acara
Awarding Surabaya Eco School 2017 tersebut berlangsung heboh. Ratusan
murid/guru dan kepala sekolah hadir. Beberapa dari mereka mengenakan aneka
kostum daur ulang hasil karya mereka sendiri. Termasuk juga tampil dengan
iringan alat musik dari sampah non organik yang menghasilkan bunyi-bunyian yang
merdu untuk dinikmati. (Ham )