Surabaya NewsWeek- Himbauan dan upaya
pengamanan terus dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya pasca musibah yang
terjadi pada Minggu, (13/5/2018). Kali ini, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini
melakukan komunikasi dan koordinasi bersama kepala sekolah SD/MI Negeri dan
Swasta, SMP/MTs Negeri dan Swatsa, PKBM, Madin dan Pondok
Pesantren
se-Surabaya, Rabu, (16/5/2018) di Gedung Convention Hall Arief Rahman Hakim.
Dalam pertemuan bertema “Rapat Kerja Kepala
Sekolah” itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meminta kepala sekolah untuk
berkomunikasi dengan wali kelas agar mampu mendeteksi anak-anak yang mengalami
perilaku ‘aneh’ ketika berbicara. Hal Itu, kata Risma, diyakini mampu menjadi
informasi yang baik untuk ditindaklanjuti.
“Para guru tolong konsen dan deteksi ketika
mendengar ucapan yang tidak biasa dilontarkan anak-anak,” kata Wali Kota Risma
di sela-sela sambutannya.
Penting bagi Wali Kota Risma untuk menekankan
kepada para kepala sekolah dan guru dalam memperhatikan tutur kata, perilaku
serta meningkatkan komunikasi anak-anak yang cenderung mengalami perubahan
secara mendadak.
“Ini memang berat, tapi komunikasi harus
dibangun antara guru dan anak agar tidak kecolongan lagi,” ungkapnya.
Agar himbauan ini dapat diterapkan, dirinya
meminta kepada seluruh guru bimbingan konseling (BK) dan agama untuk lebih
aktif berinteraksi utamanya pada jam-jam istirahat terhadap anak-anak. Sebab,
lanjut Wali Kota Risma, guru agama memiliki peran penting untuk mengembangkan
perilaku dan pola pikir anak dalam hal keagamaan.
Selain itu, para guru diminta untuk
menjelaskan secara detail kepada anak-anak bahwa pancasila dan semua agama
menyelipkan poin toleransi antar umat manusia, hubungan antar manusia dan
pencipta.
“Itu harus diajarkan dan ditanamkan agar
mereka mengerti,” tandas Wali Kota sarat akan prestasi itu.
Hal serupa juga ditekankan Wali Kota Risma
kepada anak-anak yang bersekolah di pondok pesantren. Dia berharap agar
anak-anak dipantau baik saat di pondok pesantren maupun di rumah.
“Semua elemen harus bergerak dan bersinergi
membangun komunikasi tanpa terkecuali," pintanya.
Tidak hanya mendeteksi dan memantau perilaku
anak, Wali Kota Perempuan pertama di Surabaya ini juga meminta kepada para guru
dan kepala sekolah untuk menghimbau anak-anak agar tidak membully temannya
yang terkena bom atau masuk dalam lingkaran teroris.
“Para guru diminta untuk mengingatkan kepada
siswa lain untuk tidak mengolok-olok karena saya tidak ingin anak-anak trauma
sampai kondisinya benar-benar stabil,” pesannya.
Antisipasi agar anak-anak tidak trauma, Wali
Kota Risma menyediakan wadah trauma center bagi korban bom
maupun yang berada di lingkaran teroris, khususnya anak-anak. Saat ini, dirinya
telah berkoordinasi bersama dengan jemaat gereja, OPD terkait dan profesi
himpunan psikologi klinis dan sekolah.
“Metode pendampingan satu anak akan didampingi
satu psikolog baik ketika di rumah sakit, di rumah maupun di sekolah,”
jelasnya.
Lebih jauh, para guru diminta memperhatikan
dan melaporkan anak yang secara tiba-tiba tidak sekolah. Untuk mengantisipasi
hal tersebut, Wali Kota Risma akan membuat software sederhana
untuk memasukkan nama anak-anak yang tidak sekolah agar terdata dengan baik.
“Segera saya koordinasikan dengan Pak Ikhsan
(Kadinas Pendidikan Kota Surabaya),” imbuhnya.
Terobosan untuk membuat software guna
menampung anak-anak yang tidak sekolah direspon positif Kepala Dinas Pendidikan
Kota Surabaya, Ikhsan. Menurutnya, sesuai arahan wali kota, hal ini akan
didalami jika terdapat anak yang dalam kurun waktu 1 hari tidak masuk sekolah.
Adapula, program yang mampu mendeteksi suasana hati anak ketika datang ke
sekolah.
“Apakah anak tersebut sedih atau senang. Nanti
ada alat pendeteksi semacam itu dibantu guru BK dan wali kelas,” ujar Ikhsan. (
Ham )