Situbondo, Newsweek - Inovasi teknologi menjadi motor penggerak baru bagi kebangkitan ekonomi masyarakat Desa Selowogo, Kecamatan Bungatan, Kabupaten Situbondo. Melalui Program Mahasiswa Berdampak Pemberdayaan Masyarakat oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (PM-BEM) berjudul “ Optimalisasi Industri Kreatif Batik Situbondo dan Kelompok PKK melalui Inovasi Mesin Motif Batik Otomatis dan Mesin Food Dehydrator,” tim dosen dan mahasiswa Universitas Dr. Soetomo (Unitomo) berhasil menghadirkan perubahan nyata di wilayah yang termasuk dalam kategori miskin ekstrem tersebut. Program ini dipimpin oleh Dr. Ir. Suyanto, MM, ME, dengan dukungan Prof. Dr. Ir. Fadjar Kurnia Hartati, MP, dan Dr. Dra. Liosten Rianna Roosida Ully TA, MM, serta melibatkan mahasiswa BEM Unitomo sebagai pelaksana lapangan.
Program yang didanai oleh LPPM Unitomo ini menargetkan dua mitra utama, yaitu IKM Batik Rengganis dan Kelompok PKK Desa Selowogo, dengan tujuan memperkuat sektor ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal. Inovasi ini juga sejalan dengan program nasional Asta Cita dan Sustainable Development Goals (SDGs) dalam upaya pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Sebelum intervensi dilakukan, pengrajin batik di Selowogo masih mengandalkan proses manual yang memakan waktu lama dan menghasilkan kualitas yang tidak stabil. Dengan hadirnya mesin motif batik otomatis, kini produktivitas IKM Batik Rengganis meningkat hingga 30%, kualitas motif naik 40%, dan jumlah produk cacat turun hingga 14%. Kenaikan tersebut berdampak langsung pada peningkatan omset pengrajin hingga 35% per bulan.
Tidak hanya itu, Kelompok PKK yang semula berperan sebagai pengecer kini bertransformasi menjadi produsen mandiri. Melalui pelatihan dan pemanfaatan mesin food dehydrator, para ibu rumah tangga mampu mengolah daun kelor menjadi produk bernilai jual tinggi seperti tepung dan keripik kelor. Produk tersebut tidak hanya menjadi sumber pendapatan tambahan, tetapi juga berkontribusi terhadap program pencegahan stunting di desa. Berdasarkan hasil evaluasi, kemampuan membatik anggota PKK meningkat 50%, pengetahuan pengolahan makanan berbasis kelor naik 70%, dan pemahaman pembukuan sederhana bertambah hingga 40%. “ Kami ingin masyarakat Desa Selowogo tidak hanya produktif, tapi juga mandiri secara ekonomi,” ujar Dr. Ir. Suyanto, MM, ME, ketua tim program.
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unitomo, Prof. Dr. Nur Sayidah, menyampaikan bahwa keberhasilan program ini menjadi bukti nyata kontribusi perguruan tinggi terhadap pembangunan desa. “ Program Mahasiswa Berdampak ini menunjukkan bahwa inovasi yang dihasilkan kampus dapat memberikan solusi langsung bagi masyarakat. Peningkatan keterampilan dan pendapatan warga Desa Selowogo adalah wujud nyata dari sinergi antara akademisi, mahasiswa, dan masyarakat,” ujarnya. Ia menambahkan, “ Dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan ini menjadi cerminan bahwa perguruan tinggi tidak hanya mencetak lulusan, tetapi juga membawa manfaat bagi lingkungan sekitar ”, pungkasnya. (Kris)


.jpeg)
