IPAL Komunal Kelurahan Kedungasem Terpilih Sebagai Yang Terbaik


Bendahara  KSM Kedung Jaya Abadi Kelurahan Kedungasem Kec Wonoasih saat menerima potongan nasi tumpeng dari Walikota.
PROBOLINGGO - Dalam rangka mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat untuk masyarakat yang diwujudkan dngan membangun sanitasi masyarakat (Sanimas) Bangunan IPAL Komunal dan Perpipaan bagi sejumlah kelurahan di 5 kecamatan di Kota Probolinggo dan saat ini telah rampung dikerjakan dengan ditandai dengan seremonial peresmian oleh Walikota Rukmini.

Hal ini terlihat saat prosesi peresmian IPAL Komunal Kedung Kemiri di Kelurahan Kedungasem, Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo, Selasa (8/1) sore yang dihadiri Walikota, Asisten, sejumlah Kepala OPD dilingkup Pemkot Probolinggo, Kepala PUPR kota Probolinggo, Camat dan Lurah, Pengurus KSM, tokoh masyarakat serta undangan lainnya.  

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Probolinggo, Amin Fredy mengatakan Sanitasi yang tak baik, jadi salah satu faktor penyebab stunting (kondisi dimana seorang anak memiliki tinggi badan lebih rendah dari standar usianya). 

Walikota Rukmini didampingi Kepala DPUPR meresmikan IPAL Komunal Kedung Kemiri yang ditandai dengan pengguntingan pita dan pemecahan kendi.
Menurutnya, populasi di Indonesia terus meningkat. Pemukiman terus berkembang dan semakin padat. Namun peningkatan populasi ini, tidak diimbangi dengan penyediaan akses sanitasi layak pada pemukiman tersebut. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya sanitasi menyebabkan kualitas sanitasi di Indonesia semakin tertinggal di dari negara lain. 

Dan, saat ini Indonesia menempati peringkat sanitasi terburuk ke-2 di dunia setelah India. “Akhir-akhir ini sedang ngetren kasus stunting yang terus meningkat di berbagai daerah. Tidak terkecuali di Kota Probolinggo. Salah satu penyebab stunting adalah sanitasi yang kurang baik. Dimana bakteri dari air tinja mengkontaminasi air minum/makanan penduduk,” jelas Amin. 

Saat ini di daerah perkotaan di negara maju, kata Amin dalam laporannya, sudah tidak lagi menggunakan septictank individu melainkan sistem perpipaan (sewerage) untuk dialirkan ke instalasi pengolah skala kota. Negara berkembang seperti Vietnam atau Bangladesh pun sudah mulai membangun sistem tersebut. 

H Sidik, bendahara KSM Kedung Jaya Abadi saat memberi sambutan mewakili KSM yang menangani IPAL Komunal se kota Probolinggo.
Namun sistem itu masih sulit diterapkan di Indonesia. Sehingga, pemerintah pusat merancang Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat (SPALD-T) skala permukiman atau yang sering disebut IPAL Komunal. 

“Pembangunan IPAL Komunal ini menggunakan sistem sanitasi berbasis masyarakat (Sanimas). Yakni direncanakan, dilaksanakan dan diawasi sendiri oleh masyarakat. Harapannya, masyarakat memiliki kepedulian untuk merawat IPAL Komunal yang terbangun,” ungkap Amin. 

Amin Fredy melaporkan, sejak 2011, kegiatan Sanimas dimulai Dinas Pekerjaan Umum (kini Dinas PUPR) dengan dana DAK dan Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas) dengan dana USRI untuk membangun 19 unit IPAL Komunal dengan cakupan 1.336 kepala keluarga (KK). 

Nah, saat ini, air minum dan sanitasi telah ditetapkan sebagai urusan wajib pelayanan dasar bidang pekerjaan umum. Lantaran itu, diharapkan pemda mengalokasikan DAK untuk ikut mendanai pembangunan sanitasi.

 “Oleh karena itu, tahun 2018 terlaksana 8 paket yang mencakup 533 KK. Sebanyak 5 paket memakai DAK dan 3 paket dari DAU. Masing-masing paket senilai Rp 400 juta,” jelas Amin lagi. “Upaya peningkatan akses sanitasi layak yang telah dan akan terus dilakukan Dinas PUPR, mengingat sanitasi yang baik dapat mengurani biaya kesehatan, meningkatkan produktifitas dan kualitas hidup masyarakat. Kami juga mengharapkan peranan masyarakat untuk turut serta menjaga dan memelihara serta merawat IPAL Komunal yang sudah terbangun,” ungkapnya.

 Sementara Walikota Probolinggo Rukmini yang meresmikan IPAL Komunal menegaskan, dari data yang ada sebagian besar rumah masyarakat sudah memiliki septictank. Tetapi tidak dapat dipastikan berapa persen septictank benar-benar kedap, tidak bocor. 

Disamping itu masih sedikit masyarakat yang sadar bahwa septictank harus dilakukan sedot lumpur tinja secara berkala. Setidaknya, tiga tahun sekali. Karena jika lumpur di septictank penuh, maka airnya akan mencemari air tanah. “Padahal bakteri yang menyebar melalui tinja itu beberapa cukup berbahaya. Seperti TBC dan ada juga bakteri yang bisa menggerogoti gizi anak-anak kita sehingga menimbulkan stunting,” tutur Rukmini. 

Ditambahkan oleh Walikota “Dengan IPAL Komunal maka seluruh air limbah dari rumah yang tersambung akan diolah di IPAL, baik itu air limbah WC, dapur maupun kamar mandi. Dengan demikian diharapkan lingkungan akan bersih dan sehat, got menjadi bersih karena hanya dialiri air hujan. Masyarakat sekitar menjadi lebih sehat. Kalau sehat akan mengurangi biaya berobat dan mengurangi antrean di puskesmas dan rumah sakit,” Tambahnya.

Rukmini mengapresiasi masyarakat yang telah berpartisipasi dalam melakukan swadaya baik itu berupa tenaga, pikiran maupun material. Ia berharap semakin banyak masyarakat Probolinggo yang sadar akan pentingnya sanitasi.

Ditempat yang sama, Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Kota Probolinggo, H Sidiq saat memberi sambutan mewakili pengelola IPAL Komunal se kota Probolinggo yang tengah diresmikan, mengungkapkan rasa terima kasih atas perhatian pemerintah setempat. 

Ia pun rela lahan milik keluarga dimanfaatkan untuk IPAL Komunal yang diresmikan sore itu. “Kami tidak masalah karena ini untuk kepentingan masyarakat banyak,” Ujar pria yang saat ini juga menjabat sebagai bendahara di KSM Kedung Jaya Abadi dan mengangkat prestasi bagi IPAL Komunalnya menjadi yang terbaik se kota Probolinggo. 

Kegiatan peresmian IPAL Komunal Kedung Kemiri Kelurahan Kedungasem Kecamatan Wonoasih ini ditandai dengan pengguntingan pita dan pemecahan kendi oleh Walikota Rukmini. Disamping itu, Rukmini juga berkesempatan secara simbolis menanam pohon kemiri dilokasi sekitar IPAL Komunal yang diresmikannya. (Suh)
Lebih baru Lebih lama
Advertisement