Ada istilah “belum ke Surabaya kalau belum makan rujak cingur
atau rujak uleg”. Begitu melekatnya rujak uleg sebagai ikon kuliner Kota Pahlawan,
sampai-sampai setiap tahun digelar Festival Rujak Uleg. Event tersebut
diselenggarakan untuk memeriahkan rangkaian Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) yang
diperingati setiap 31 Mei. Nah, seberapa heboh Festival Rujag Uleg kali ini?
Ribuan warga Surabaya tumplek-blek
di sepanjang Jl. Kembang Jepun pada Minggu (12/5) siang. Tujuan mereka yakni
ingin menyaksikan secara langsung kemeriahan gelaran yang dihelat setahun
sekali itu. Suasana semakin menjadi saat 1.225 peserta yang tampil dengan
balutan kostum unik berjoget mengikuti irama lagu. Belum lagi, ratusan tamu
kehormatan yang juga tak mau kalah dalam menguleg rujak. Mereka semua berbaur menjadi satu dalam semarak
Festival Rujak Uleg.
Dari deretan tamu VIP, tampak sejumlah nama di antaranya,
Nafsiah Sabri, istri Menteri BUMN Dahlan Iskan. Beberapa Konsulat Jenderal
(konjen) negara sahabat juga hadir untuk mencoba bagaimana rasanya menguleg makanan khas Surabaya itu.
Festival Rujak Uleg mulai dibuka tepat pukul 13.00 WIB.
Diawali dengan ulegan Wali Kota
Surabaya Tri Rismaharini bersama para tamu VIP. Mereka nguleg bersama-sama di sebuah cobek raksasa. Diikuti seluruh
peserta yang tentunya dengan kehebohan gayanya masing-masing.
Para peserta festival ini mewakili seluruh kalangan
masyarakat Surabaya. Hampir semua lapisan profesi, suku, agama, kelompok
masyarakat, dan usia, semua terwakili serta larut dalam semangat Festival Rujak
Uleg. “Ini pertanda bahwa rujak uleg sangat universal. Semua bisa bersatu di
sini. Dan terlebih, ini bukti bahwa festival menjadi milik seluruh masyarakat,”
kata Kabag Humas Kota Surabaya, Nanis Chairani.
Festival Rujak Uleg nampaknya menarik minat para pendatang
dari luar negeri. Sebut saja Domingos Chicoca. Pria 23 tahun asal Angola ini
mengaku baru pertama kali merasakan atmosfer Festival Rujak Uleg. Dia pun baru
kali ini nguleg sekaligus merasakan
nikmatnya rujak uleg. “Saya sangat terkesan. Sebelumnya saya tidak pernah
terlibat dalam event sehebat ini. Sungguh luar biasa dan tidak terlupakan,”
ujar Domingos yang tengah menyelesaikan studi S-1 Teknik Sipil di ITS ini.
Hal senada juga diungkapkan Bethany Allen asal Inggris.
Wanita yang sehari-hari mengajar kursus bahasa Inggris itu sangat senang karena
berkesempatan mengikuti Festival Rujak Uleg. “Saya sudah pernah membuat
gado-gado, tapi kalau rujak uleg ini baru pertama kali. Rasanya pun punya ciri
khas tersendiri,” paparnya.
Selain nguleg
bersama, daya tarik festival juga terletak pada kostum unik dan totalitas para
peserta. Berdasarkan pantauan di lapangan, tak sedikit tim yang mengenakan
busana nyeleneh. Ada yang berdandan
ala tokoh pewayangan, putri bunga, waria, bahkan gembel dan siluman ular.
Namun, ada pula yang menyita perhatian di meja peserta tak jauh dari panggung.
Sepasang boneka raksasa mirip ondel-ondel setinggi 2 meter bergerak
menari-nari. Lantaran ukurannya yang sangat besar, tak pelak boneka tersebut
menjadi objek foto para pengunjung.
Di sisi lain, pasukan siluman ular terlihat kompak nguleg sambil berjoget. Mereka ternyata
tim dari Forum Komunikasi Pengelola Objek Wisata Surabaya. Ilham Wahyudi, salah
satu anggota tim, menuturkan, adapun alasan mengusung tema ‘Rujak Ulo’ adalah
karena Festival Rujak Uleg selalu diselenggarakan di Jl. Kembang Jepun yang
notebene dikenal sebagai kawasan pecinan. Dan sebagaimana diketahui, bahwa
tahun ini adalah tahun ular menurut kalender cina. “Dari filosofi itu kami pun
sepakat memakai kostum ular ini,” kata Ilham sembari menunjukkan bahwa kostum
yang dipakai adalah murni hasil buatan sendiri.
Dari ribuan peserta, panitia mengambil 50 penampil terbaik.
Penilaian pertama didasarkan pada aksi dan kekompakan para peserta. 50 penampil
terbaik berhak atas uang pembinaan senilai Rp. 1,5 juta. Selanjutnya, juri
menentukan 5 besar yang masing-masing mendapatkan sepeda dan 7 peserta yang
mendapat hadiah hiburan.
Wali Kota Tri Rismaharini mengatakan, Festival Rujak Uleg
ini, selain untuk momen kebersamaan warga Surabaya, juga sebagai sarana
pelestarian makanan tradisional. “Saya ingin anak-anak, semua mengerti dan
peduli akan rujak uleg sebagai makanan tradisional Surabaya,” katanya ketika
dijumpai di sela-sela acara.