Panasnya Musda Golkar 2016 “ Bara Politik Muncul Dari Mataraman”

SURABAYA -  Di balik keteduhan pohon beringin ini ternyata menyimpan dinamika tersendri, bahkan terasa panas bak api dalam sekam. Nuansa Partai Golkar (PG) belakangan ini seperti itulah yang muncul di tengah dinamikanya   perrhelatan Musyawarah Daerah (Musda) di kawasan Mataraman itu.

Kabupaten Blitar merupakan contoh faktual yang secara kultural ikut Mataraman ini, dan Musda PG di kawasan Mataraman itu akan dilaksanakan lagi di Kantor DPD PG Jatim jalan A. Yani Surabaya pada hari Minggu, tanggal 18 Desember 2016.

 “ Insya Allah pelaksanaan Musdanya Kabupaten Blitar, hari Minggu besuk,” tutur Heru Soekotjo selaku Plt. Sekretaris PG Kabupaten Blitar lewat telepon, kemarin.

Kok Musda lagi? Isu panasnya politik PG di kawasan Mataraman ini disebabkan beberapa hal, pertama perebutan dampar kekuasaan, ke dua derasnya money politic, ke tiga munculnya surat  sakti (rekomendasi) dari DPP PG, ke empat rancunya inventarisasi aset dan terakhir adanya sosok yang tidak bersih lingkungan maupun yang terlibat hukum pidana.

Panasnya suhu politik dalam perhelatan Musda PG di Mataraman itu memang membuncah, dan hal ini bukan hanya terjadi di Blitar saja. Sebelumnya Kabupaten Tulungagung, lantaran isu premanisme maka sang ketua panitia tidak  muncul sehingga Musda dibatalkan dan ditarik oleh Pimpinan DPD PG Provinsi.

Dan gejala membuncahnya masalah yang cukup genting itu terjadi pula di Kabupaten Ponorogo, supaya  Musda PG  Pomorogo berjalan mulus maka Ketua PG Jatim H. Nyono Suharl menunjuk Plt Ketua juga, yang kabarnya di Pomorogo ini ada dua kubu dann belum bisa dikompromikan.

“Perlu diingat, lho. Ada dead line dalam pelaksanaan Musda di Kabupaten dan Kota itu, dan diharapkan tahun 2016 ini tuntas, “ ungkap Sahat Tua Simanjuntak, Wakil Ketua  PG Jatim yang seakan mengingatkan secara tak langsung, saat bertemu d hotel Tunjungan Surabaya. Sahat yang juga Ketua FPG DPRD Jatim ini aktif monitoring Musda PG Kabupaten/Kota seluruh Jawa Timur.

Lalu, siapa Ketua PG Blitar yang tepat? Pada Musda PG Blitar dalam Nopember 2016 sebelumnya Edi Mukhlison ditetapkan oleh Pimpinan Sidang yang diketuai Erick Tahalele. 

Suasana Forum Musda Kabupaten Blitar sangat panas, dan muncul isu kuatnya money politic di antara 3 orang kandidat, selain Edi Mukhlison dan Musta’im. Ada Anik seorang srikandi yang anggota DPRD Kabupaten Blitas ini eks kader PPP, dan Anik punya surat sakti berupa rekomendasi dari DPP PG tetapi di depan Tim Verifikasi tidak ditunjukkan.

Dari tiga kandidat dinilai paling memenuhi syarat hanya seorang, hal ini dibuktikan seorang Ketua PK (Pengurus Kecamatan) yang konsisten dukung Edi saja, sementara puluhan PK lainnya terjebak “ jual beli “ surat dukungan kepada 3 kandidat. 

 “ Dan karena hanya satu kandidat yang memenuhi syarat maka secara otomatis muncul satu calon saja, sesuai laporan Tim Verifikasi untuk ditetapkan sebagai Ketua Terpilih,” tandas Erick, sembari memukulkan palunya, di tengah tekanan psikologis dari dua calon lain yang seharusnya legowo.

Namun dua minggu kemudian, para Ketua PK Kabupaten Blitar berkirim surat kepada DPP PG di Jakarta, dan konon DPP tanpa konfirmasi DPD PG Jatim ini memerintahkan Pengurus PG Jatim agar segera melaksanakan Musda Ulang bagi PG Kabupaten Blitar di tengah panasnya isu politik dan rana hukum yang telah masuk di Polda Jatim.(mashur)
Lebih baru Lebih lama
Advertisement